>

Politik Kebencian jadi Tren Global, Bisa Meningkat di Tahun Politik

Politik Kebencian jadi Tren Global, Bisa Meningkat di Tahun Politik

JAKARTA - Maraknya praktek politik kebencian yang berlangsung beberapa bulan terakhir rupanya bukan hanya problem nasional. Melainkan sudah menjadi fenomena yang terjadi secara global. Kesimpulan itu merupakan hasil kajian yang dilakukan Amnesty International selama tahun 2017 lalu.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, politik kebencian banyak terjadi di belahan dunia. Mirisnya, hal itu tidak hanya dilakukan oleh kelompok non negara, melainkan juga oleh instrument negara.

Sebut saja kebijakan Presiden Donald Trump yang mengeluarkan kebijakan diskriminasi terhadap suku dan agama islam, hingga pemerintah Myanmar yang mendeskriditkan kaum Rohingya. \"Mereka mengajak pengikut mereka dan masyarakat luas untuk membenci mereka yang dianggap berbeda,\" ujarnya di Kantor Amnesty International Indonesia, Jakarta, kemarin (22/2).

Di Indonesia sendiri, politik kebencian banyak terjadi. Sama halnya dengan global, kelompok minoritas di Indonesia juga menjadi objek sasaran untuk di benci. Mulai dari kelompok Ahmadiyah, transgender, hingga etnis China dan non muslim yang mencapai puncaknya pada Pilkada DKI Jakarta lalu.

Aparat negara pun tak luput dari perilaku tersebut. Saat membubarkan diskusi di Kantor LBH Jakarta pada September 2017 lalu, aparat memberikan lebel Komunis sebagai legitimasi.

Usman mengatakan, praktik tersebut, kemungkinan akan berlanjut pada tahun ini hingga 2019 mendatang. Sebab, dalam dua tahun ke depan, ada dua agenda politik besar yang berlangsung. Yakni Pilkada dan Pemilihan Presiden.

Biasanya, calon akan menyebarkan kebencian pada lawan politiknya dengan lebel-lebel yang buruk. \"Bukan mustahil 2018 pas Pilkada, Pileg dan Pilpres politik kebencian yang sama dengan berbagai penyesuaian,\" imbuhnya.

Cara itu, selama ini cukup efektif untuk menambah elektoral. Seperti kemenangan yang dialami Donald Trump di Amerika, Rodrigo Duterte di Filipina, atau pada Pilkada DKI Jakarta lalu.

Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM Sandrayati Moniaga mengatakan, persoalan politik kebencian sangat mengkhawatirkan. Bahkan, saat ini sudah merambah hingga ke tingkat anak-anak. \"Pawai anak-anak yang mengatakan bunuh Ahok merupakan hal yang mengkhawatirkan,\" ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal itu, dia merekomendasikan untuk memperkuat pendidikan toleransi di sekolah. Selain itu,  aparat penegak hukum harus bekerja secara profesional untuk menindak praktik tersebut.

(far)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: