KERINCI - Pelacakan harimau yang menerkam salah satu warga Kerinci pada Kamis kemarin (24/05) kemarin di Renah Pemetik, belum juga membuahkan hasil.
Saat ini, tim Gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit 1 Kerinci masih berada di Renah Pemetik terus berusaha melacak harimau tersebut.
Kepala Seksi Pengawasan BBTNKS Wilayah I Kerinci, Nurhamidi, dikonformasi mengatakan bahwa saat ini sudah memasuki hari ke empat Tim Gabungan berada di Renah Pemetik.
‘‘Tim gabungan masih berada di lapangan. Hingga kini, mereka terus bergerak melacak harimau tersebut,’‘ ujar Nurhamidi, yang diakuinya baru saja pulang dari Renah Pemetik untuk melakukan tugas lainnya.
Dijelaskannya, tim tersebut sudah berupaya mencari jejak sang harimau sejak hari kejadian. Namun sayangnya, sampai saat ini mereka belum menemukan target operasinya itu. Salah satu kendala yang menyulitkan tim melacak keberadaan harimau tersebut ialah, karena luasnya areal yang harus ditelusuri dan terbatasnya akses komunikasi akibat lokasi yang terpencil.
‘‘Sejauh ini, tim baru menemukan jejak harimau dan juga ember yang rusak diduga sempat dicakar harimau,’‘ jelasnya.
Berdasarkan hasil pantauan tim gabungan di lapangan, dan informasi dari warga sekitar, bahwa setelah warga Pungut diterkam harimau, juga ada seekor anjing warga yang hilang, diduga dimakan harimau. Dirinya juga membantah, adanya informasi 7 Harimau di Renah Pemetik.
‘‘Cuman ada satu Harimau, itu berdasarkan jejak dan informasi warga yang kami temukan di lapangan,’‘ ungkapnya.
Langkah selanjutnya, sambung Nurhamidi, pada Senin besok (hari ini, red (28/05) tim gabungan akan melakukan rapat menentukan langkah selanjutnya berdasarkan hasil turun di lapangan. ‘‘Besok (hari ini, red) tim gabungan akan rapat,’‘ katanya.
Sementara itu Kepala KPHP unit 1 Kerinci, Neneng Susanti, mengatakan, bahwa salah satu penyebab turunnya Harimau Sumatra hingga ke wilayah pemukiman dan perkebunan warga yakni sebagai pertanda hutan yang merupakan rumah mereka telah dirusak. ‘‘Harimau masuk ke perkebunan warga, itu dikarenakan adanya pembukaan lahan dan perambahan hutan,’‘ ungkapnya.
Dikatakannya, saat ini langkah yang dilakukan pihaknya masih tetap melaksanakan patroli rutin di lokasi tersebut, untuk mengantisipasi akan kedatangan maupun masuknya harimau ke lahan perkebunan milik warga bahkan sampai ke permukiman milik warga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: