Berwujud Kapal Layar Kuno
Menggunakan Perekat dari Pasak Kayu
MUARASABAK – Arkeologi Universitas Indonesia (UI) menyebutkan keberadaan Perahu Kuno di Desa Lambur yang berada di Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjun Jabung Timur (Tanjabtim) adalah berbentuk Kapal Kuno. Ia memprediksikan bahwa, Kapal Kuno tersebut memiliki panjang mencapai 17 meter dan lebar 5 meter.
Menariknya, perkembangan penelitian yang dilakukan, berdasarkan referensi penelitian ditahun 1997 lalu telah ditemukan potongan papan yang akhirnya diidentifikasi sebagai Perahu Kuno. Namun belakang ini, ternyata ukurannya besar sekali dan lebih tepat disebut Kapal Kuno. Ia beranggap, kalau Perahu identik dengan didayung, sedangkan yang ditemukan sekarang bisa jadi menggunakan layar.
\"Jadi cukup besar sekali. Oleh karena itu, penggalian atau ekskavasinya kita lebarkan. Karena kalau seandainya perahu, mungkin bisa lebih cepat penelitiannya, karena ini besar. Mungkin akan memakan waktu yang lebih lama,” sebutnya, ketika diwawancara diarea penelitian.
Ia menjelaskan, untuk bagian yang baru digali dan dibuka saat ini, belum bisa diindentifikasikan. Tetapi sudah bisa dikatakan kalau bagian itu merupakan bagian dari atas dari Perahu yang berbentuk tempat orang mondar mandir.
\"Nah, ini yang sudah mulai kita ketemu (sisi pinggir kapal), baru ditemukan sebelah (satu). Ini beda sekali dengan jenis-jenis Perahu yang kita jumpai di ilir mudik di sungai. Kalau perahu yang ilir mudik di sungai itu memiliki lambung langsung dan lunas dibawah satu. Kalau Perahu Kuno atau Kapal Kuno yang kita jumpai ini, sisi tepinya bisa dibuat orang mondar mandir yang ukurannya besar pada waktu itu,” jelasnya.
Untuk sementara, lanjutnya, prediksi dari kapal tersebut disatu sisi kiri berukuran lebar 1,5 meter, sisi kanan 1,5 meter dan minimal lebarnya 5 meter.
\"Kalau panjangnya berdasarkan penilitian tahun lalu itu sekitar 14 meter. Tetapi dengan lebar sekarang, proposionalnya maka berkemungkinan bisa mencapai 17 meter,” lanjutnya.
Kemudian ia memaparkan, disaat penelitian berlangsung ditemukan juga dua pecahan tembikar yang cukup kuno pada bagian perahu tersebut. Kekunoan ini memang mirip dengan perahunnya, karena perahu ini disusun tanpa menggunakan besi atau hanya menggunakan bilah. Sedangkan papannya hanya disambung atau direkatkan dengan pasak yang terbuat dari kayu.
\"Kita menjumpai banyak sekali pasak. Tehnik ini dikenal sebagai tehnik pembuatan Kapal Asia Tenggara. Kenapa disebut demikian, karena tehnik ini juga dikenal di Negara Malaysia, Thailand, Fhilipina dan Sumatera Selatan,” paparnya.
Lebih jauh ia mengatakan, kalau budaya maritim sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan cara membuat kapalnya sudah mirip pada waktu itu, karena belum mengenal dengan besi untuk pembuatan pasak Perahu atau Kapal. Bahkan termasuk juga kapal karam yang ditemukan didaerah Cirebon dan Perahu Kuno di Rembang (Daerah Jawa). Tehnik pembuatannya menggunakan istilah tehnik ikat yang telah dikenal oleh masyarakat di Asia Tenggara di Abad ke 2 (dua) masehi sampai dengan sekitar Abad 12 masehi.
\"Jadi rentang waktunya sangat panjang sekali. Kita belum tahu Kapal atau Perahu ini direntang waktu yang mana. Oleh karena itu, segera kita bawa sample kayu yang sudah beberapa yang copot atau patah untuk di uji karboneting, uji pertanggalan absolut, dan nanti akan ketahuan,\" ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: