>

Resolusi Pasca-Corona: Kurangi Daging

Resolusi Pasca-Corona: Kurangi Daging

Wednesday, 29 April 2020

Oleh: Azrul Ananda

Ketika pandemi virus ini berakhir, hidup pasti akan berubah. Kita pun seharusnya banyak berubah. Dan bukan sekadar lebih menjaga kebersihan, lebih rajin mencuci tangan. Saya punya resolusi buat diri sendiri: Sangat mengurangi makan daging, jenis apa pun. Lebih menuju plant-based diet.

Alasan saya murni dari pribadi sendiri: Logika. Common sense alias akal sehat. Bukan karena idealisme berlebih atau yang lain.

Saya pernah jadi vegetarian. Pernah bertahap. Sebulan, lalu berhenti. Kemudian ketika akan mencoba dua bulan, harus berhenti di tengah jalan karena kena demam berdarah (wkwkwk...).

Kemudian, secara berkala saya menerapkannya. Khususnya kalau sedang serius menurunkan berat badan, meningkatkan performa menghadapi even-even sepedaan serius.

Tapi saya tidak strict. Terus terang saya pecinta daging sapi, penikmat steak. Juga rendang, burger, dan lain-lain. Wkwkwk...

Abah saya lebih serius. Beberapa tahun belakangan ini dia praktis vegetarian, walau sesekali nyentuh daging kalau sedang kangen. Saya on dan off, sedangkan Abah saya konstan sambil sesekali \"libur.\"

Namun, masa-masa banyak di rumah ini membuat saya jadi semakin serius berpikir bakal hengkang ke plant-based. Saya bilang ke istri, seandainya saya masih tinggal di negara maju seperti dulu, saya sekarang pasti sudah full vegan. Alasannya sederhana, karena di negara-negara maju arah masyarakatnya memang ke sana. Makanan plant-based sangat mudah didapat, sangat tinggi kualitasnya, dan harganya sama dengan makan biasa. Bahkan bisa lebih murah.

Di Indonesia, ucap saya ke istri, masih susah. Makanan vegan yang ada menurut saya belum ideal. Masih terlalu berbasis gluten/tepung, dan rasa lapar masih harus dikompensasi dengan ekstra karbo. Kalau mau yang ideal, masih terlalu mahal karena harus impor.

Harus dibedakan antara vegetarian dan vegan. Kalau vegan sudah benar-benar murni plant-based, meninggalkan segala produk binatang. Termasuk susu dan telur.

Perlu saya tegaskan lagi, saya ingin menuju ke plant-based bukan murni karena idealisme. Tapi karena logika. Banyak orang mencoba meyakinkan saya untuk jadi vegan karena efek kesehatan dan lain-lain, tapi saya tidak mendengarkannya seratus persen. Saya cinta steak, wkwkwk...

Saya setuju, efek kesehatannya dahsyat. Saya sudah merasakan kok. Namun, ada alasan lebih kuat kenapa saya ingin menuju plant-based.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: