Banjir Kota Sungai Penuh, Salahnya Dimana?

Banjir Kota Sungai Penuh, Salahnya Dimana?

Oleh : MUSDIYANTO MUKHTI, ST. MT

Banjir lagi, lagi Banjir, Kota Sungai Penuh dan beberapa wilayah lainnya di Kabupaten kerinci, belakangan mulai sering mendapat kiriman berita Banjir, maksudnya kiriman luapan air. Jika intensitas hujan tinggi, bisa dipastikan beberapa area langganan akan tergenang.

Bicara soal sumber banjir, kita perlu melihat dulu dua sungai yang membelah Kota Sungai Penuh, yaitu Sungai Batang Merao dan Sungai Bungkal. Dua sungai utama ini alirannya bermuara ke Danau Kerinci.

Tentu banjir tak serta merta menjadi kesalahan dua sungai ini, buruknya kondisi drainase kota yang tidak mampu menampung aliran permukaan, menjadi penyebab mengapa banyak air yang "terjebak" di permukiman penduduk dan jalan raya.

Lantas, bisakah musibah ini berakhir? Jika melihat secara teknis, tentu saja bisa. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Pertama, melakukan kolaborasi dengan Pemprov Jambi, didukung oleh pemerintah pusat.

Ini penting mengingat Sungai Batang Merao adalah sungai yang melintasi dua kab/kota dan merupakan anak sungai yang tergabung pada WS Batanghari.

Langkah kedua, pemerintah setempat harus segera melakukan pengelolaan Sumber Daya Air yang komprehensif dan terintegrasi (terpadu) dari hulu sampai ke hilir.

Pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan dengan memperhatikan konsep dasar yaitu Konservasi Sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, partispasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan pengolaan dengan berbasis sistem informasi.

Dalam implementasi nya, dapat diambil langkah-langkah strategis agar pengelolaan SDA bisa tepat sasaran dan menjadi solusi untuk mengatasi dampak, salah satu nya dampak banjir yang sering terjadi ini.

Langkah ketiga, penyusunan program-program kegiatan yang tersistem (sistemik) dengan baik dan fokus, mulai dari Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation and Maintenance (SIDLACOM), dan juga memastikan agar semua infrastruktur yang dibangun bisa berfungsi dengan baik dan memberikan outcome yang diharapkan. Sebagai contoh bisa dilihat dari sistem pengendalian banjir.

Pengendalian tidak hanya ditekankan di bagian badan sungai, namun juga harus menyangkut pengendalian air limpasan dan laju erosi di Daerah Aliran Sungai, pengendalian debit di masing-masing anak sungai dan sungai utama, serta pengendalian di bagian hilir sungai, hingga muara.

Untuk mencegah resiko banjir di Kota Sungai Penuh, maka perlu dilakukan Langkah Keempat selanjutnya untuk mengurangi atau mereduksi debit yang masuk ke Sungai Bungkal dan Sungai Batang Merao, yaitu : upaya fisik dan upaya non fisik. Upaya fisik untuk bagian hulu dapat dibangun konstruksi yang mendukung upaya konservasi dan menahan dan mereduksi debit banjir, antara lain dengan membangun Bendungan, embung, checkdam, dll.

Pada bagian tengah dapat dilakukan upaya membangun kolam-kolam retensi untuk menangkap sementara limpasan air sungai. Semakin banyak kolam retensi maka akan semakin banyak pula debit banjir yang tertahan.

Sedangkan pada bagian hilir sungai dapat dilakukan upaya fisik normalisasi sungai, perbaikan alur sungai, memperbaiki daerah2 sungai yang menghambat aliran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: