(Potong) Antre Vaksin
Oleh: Azrul Ananda
Wednesday, 23 Dec 2020
Inggris sudah mulai suntik vaksin Covid-19. Amerika sudah mulai suntik vaksin. Bagian dunia lain, termasuk Indonesia, seharusnya dalam beberapa pekan lagi sudah mulai ikutan juga. Yang jadi pertanyaan: Apakah Anda juga tergesa-gesa pengin? Survei singkat saya kepada orang-orang yang saya kenal jawabannya macam-macam.
Ada yang bilang mau, bahkan kalau perlu suntik semua vaksin. Biar aman ke semua negara katanya. Ada yang tanya ke kanan dan ke kiri, \"enak\" vaksin yang mana. Dua-duanya, tentu jawaban orang-orang yang \"mampu.\" Orang-orang yang hidupnya lebih punya opsi.
Lalu ada jawaban ketiga: Memilih menunggu yang lain divaksin dulu. Pengin melihat apakah ada dampak samping yang harus ditakuti. \"Kalau nanti tiba-tiba \'adik kita tidak bisa berdiri\' bagaimana?\" ujarnya lantas tertawa.
Saya bukan pakar medis. Saya tidak akan memberi anjuran apa-apa di tulisan ini. Kita sebaiknya selalu menanyakan ini kepada yang lebih mengerti. Jangan mudah terlalu percaya kepada hal-hal yang tertulis di internet.
Tapi, percakapan di sekeliling saya sekarang sudah mulai didominasi oleh urusan vaksin. Kapan bisa? Apakah benar bisa ke Singapura \"wisata vaksin\"? Bisa nggak beli duluan, tidak peduli biayanya berapa?
Seorang sahabat saya tertawa dengan hasrat ingin cepat itu. Khususnya kalau yang menyampaikan yang tergolong punya duit. \"Orang kalau sudah punya duit pasti takut mati bro,\" ucapnya, disambut tawa kita semua.
Bagaimana dengan saya? Well, yang rajin membaca tulisan saya, dan kenal saya yang sebenarnya, mungkin sudah paham kalau saya ini orangnya sebenarnya \"tengah\" banget. Berusaha tetap menginjakkan kaki di bumi.
Saya sudah kenal orang yang katanya sudah suntik vaksin duluan, bayar puluhan juta untuk itu. Entah itu vaksin beneran atau tidak. Pokoknya suntik duluan. Saya juga masih bertemu dengan orang yang cuek dengan pandemi ini. Tetap menganggapnya sebagai penyakit palsu.
Tentu saya ingin vaksin itu segera disuntikkan ke sebanyak mungkin manusia. Supaya dunia kembali lebih normal, kita semua bisa kembali berseliweran lebih bebas.
Tentu saya juga mau divaksin, begitu ada kesempatan tiba.
Tapi, saya tidak ingin \"memotong antrean\" begitu saja. Bagaimana pun, ada jauh lebih banyak orang lebih harus diutamakan dari saya. Dan mungkin, sikap orang-orang harus seperti itu. Memprioritaskan mereka yang lebih membutuhkan.
Para pekerja medis harus yang utama. Abah dan Ibu saya misalnya, jauh lebih penting didulukan daripada saya dan anak-anak saya. Dan para pengajar di sekolah jauh lebih penting daripada saya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: