DISWAY: Syafril Tender
Bahkan belum lama ini ia masih juga ditawari untuk memasok kebutuhan bansos di Kemensos. Tapi Syafril menolak. \"Kalau saya mau sudah ikut ditangkap KPK,\" katanya.
Syafril adalah sarjana hukum dari Universitas Jayabaya. Di kampus itu pula ia meraih S-2 bidang hukum. Lalu di Jayabaya pula mengajukan disertasi doktornya itu.
Sekarang ia jadi pengacara. Istrinya notaris di Serang, Banten. Ia memang taat pada agama. Pun dalam mengelola keuangan keluarga.
Keluarga ini tidak punya tabungan di bank. Alasannya: riba. Semua uangnya disimpan di kotak khusus di rumahnya di Jakarta.
Tidak takut kemakan inflasi?
\"Sebagian disimpan dalam bentuk emas batangan. Sebagian lagi dalam bentuk dolar. Lalu ada juga dalam bentuk rupiah,\" katanya.
Hampir semua transaksi ia lakukan dengan cash. Ia perlu menyimpan dolar untuk jaga-jaga perlu uang kontan mendadak. Bisa ditukar ke rupiah dengan mudah.
Bagaimana kalau harus isi pulsa dan beli token listrik? Yang hanya menerima dari transfer bank?
\"Kami punya tabungan kecil di bank,\" ujar sang istri menimpali.
\"Lho kan riba juga,\" sela saya.
\"Tabungan kami kecil sekali. Cukup untuk beli makanan lewat online, beli pulsa, dan listrik,\" kata Syafril.
\"Biar kecil kan riba juga,\" sela saya.
\"Oh, begini,\" jawabnya. \"Misalnya saya menabung Rp 10 juta. Saya tidak pernah berharap bunga. Di hati saya tetap bahwa uang saya di bank Rp 10 juta,\" katanya.
\"Kan secara otomatis bank memberi bunga. Yang otomatis pula masuk ke tabungan,\" kata saya.
\"Saya sudah hitung, nilai tabungan saya itu terbatas. Kalau pun dapat bunganya, bunga itu habis untuk uang administrasi bank,\" jawabnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: