Sepak Bola #localpride
Oleh: Azrul Ananda
Wednesday, 14 Apr 2021
Dalam dua pekan terakhir, saya banyak bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang penting dunia olahraga. Mulai dari Menpora Zainudin Amali, Menteri BUMN Erick Thohir, serta beberapa bos klub sepak bola besar di Indonesia. Termasuk beberapa anak muda yang jadi bos-bos baru di dunia sepak bola kita.
Perbincangan bisa sangat meluas. Dari olahraga secara keseluruhan hingga cabang-cabang khusus, juga soal potensi industri olahraga kita ke depan. Karena pemahaman soal industri olahraga ini masih belum umum, tentu perbincangan itu masih sangat luas dan terlalu panjang untuk dibahas di sini.
Tapi.
Ada satu hal yang selalu saya coba selipkan dalam setiap diskusi. Dan itu berkaitan dengan hashtag yang kemudian menjadi lumayan seru di dunia sepak bola kita: Yaitu #localpride.
Karena ajang sepak bola Piala Menpora sedang berlangsung, banyak sekali para \"bos besar\" itu menyampaikan pujian untuk Persebaya, yang saya kelola sekarang. Mereka mengaku kagum dengan keberanian klub sebesar Persebaya menurunkan tim full local di ajang pramusim ini.
Bukan hanya itu, mayoritas pemainnya juga muda-muda.
Erick Thohir berbincang banyak hal, termasuk tentang olahraga, dengan Azrul Ananda di kantor Kementerian BUMN, pertengahan Maret lalu.
Ketika kesempatan untuk bicara #localpride ini muncul, saya langsung menyampaikan pentingnya keberanian seperti itu. Dan Persebaya tidak sendirian. PSIS Semarang juga mengesankan. Plus beberapa klub lain.
Ya, aspek finansial merupakan salah satu dasar alasan munculnya \"keberanian\" ini. Kita tidak boleh munafik. Di saat pandemi masih berlangsung, di saat situasi ekonomi sedang tidak baik, dan di saat kepastian liga masih belum menentu, sebuah klub --yang notabene perusahaan-- harus membuat keputusan yang responsible.
Kami di Persebaya sudah merasa seperti kena \"prank\" saat liga dibatalkan di akhir 2020 lalu. Kami sudah siap habis-habisan full team, tapi akhirnya batal. Selama belum ada kepastian, tidak boleh aneh-aneh. Masa depan jangka panjang jauh lebih penting daripada ambisi sesaat. Apalagi pramusim.
Tapi saya juga menegaskan. Di tengah kesulitan tetap akan ada kesempatan. Saya berdiskusi dengan Candra Wahyudi, direktur operasional sekaligus manager tim, yang kemudian melanjutkannya bersama barisan pelatih, bagaimana menyikapi pramusim ini.
Dari diskusi, kita menemukan kesempatan emas itu. Dalam beberapa tahun terakhir, Persebaya termasuk melakukan investasi terbesar untuk pembinaan dan pemain muda. Tentu ini melanjutkan tradisi panjang Persebaya, yang dikenal sebagai klub penghasil bintang.
Kami tahu kami punya banyak pemain muda yang punya potensi dahsyat. Mereka telah membantu kami jadi juara di ajang junior. Beberapa juga sudah pernah kami kirimkan ke Australia untuk training camp. Hanya saja mereka sulit mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi. Kalau kita turunkan tim seperti di liga, maka mereka akan kembali jadi penonton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: