>

Until Today

Until Today

“Nenek?” panggil Soheila, Soheila mendapati Mariana yang kini tengah menonton TV di ruang rumah, mendapati Soheila pulang Mariana tersenyum manis.

“Kau pulang lebih lambat dari janjimu,” Ucap Mariana lembut.

“Soheila mau nyiapin makanan dulu, tunggu sebentar ya nek.” Ucap Soheila,

“Mandilah dulu baru kita makan,” perintah Mariana, “dan berikan makanan itu pada nenek sini,” lanjut Mariana. Soheila hanya’memberikan makanan yang ia bawa pada Mariana, dan menggeret kopernya menuju kamarnya.

Soheila menaruh kopernya di tepi kamarnya, dan Soheila sadar kamarnya sedikit dirubah oleh Marian terlihat dari beberapa barang – barang yang menghilang, bahkan sudah ada hairdrayer dan bathroab di kamar Soheila. Soheila segera mandi, dan bergegas berbenah diri.

Setalah merasa cukup, Soheila membuka lemari dan dilihatnya lemarinya juga sudah dibersihkan padahal Soheila sengaja tidak membersihkan dalam lemari karena terlalu lelah saat bersih – bersih kemarin dan terdapat beberapa baju kaos yang sangat besar untuk ukuran Soheila. Soheila melihat bajunya dan masih ada cap tertinggal dibaju itu berarti baju ini bukanlah bekas, bergegas Soheila memakainya. Selama itu bukan bekas orang lain, maka Soheila dengan senang hati memakinya.

Pilihan Soheila jatuh pada kaos warna hitam dengan paduan hotpants warna tosca, baju kaos ini terasa membenamkan Soheila, Soheila yakin awalnya Mariana membeli kaos ini untuk laki – laki. Pergi ke dapur, Soheila mendapati Mariana yang tengah menuangkan air ke gelas kosong dan melihat Soheila Mariana tersenyum.

Soheila dan Mariana duduk berhadapan, makan malam mereka kali ini adalah nasi goreng dana yam geprek, perpaduan yang agak membingungkan namun sangat pas di lidah Soheila, dan sepertinya Mariana juga tidak mempersalahkannya.

“Jadi bagaimana harimu?” tannya Mariana.

“Menakjubkan, banyak obrolan yang menyenangkan bersama Ciel. Sayang sekali waktu berjalan cepat,” Sesal Soheila.

Mariana tersenyum sekilas, “Apakah nenek boleh tahu sebenarnya apa hubungan kalian?”

Soheila berpikir sedikit, “entahlah, menurutku kami hanya teman.” Ujar Soheila.

“Apakah teman laki – laki akan lumrah mengecup punggung tangan perempuannya belum lagi dengan tatapan yang sangat romantis. Apa itu masih bisa dikatakan teman?” Soheila merasa terpojok oleh ucapan Marian, Soheila tak menyangkal karena ia sendiri merasa Marian benar.

“Entahlah nek, sebenarnya ini sangat tidak masuk akal. Tadi adalah pertemuan kedua kami, namun rasanya kami seolah sudah sangat akrab, seperti sahabat lama yang terpisah jauh lalu bertemu kembali melepas rindu, dan bagaimana bisa kami bertemua hanya karena insiden aku mencuri mantelnya,” Jawab Soheila sendu, Mariana mengelus punggung tangan Soheila memberi kekuatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: