Until Today

SEDARI tadi tidak terhitung berapa kali Ciel mengumpati mobilnya, dan orang yang sengaja menginginkan dirinya kesulitan. Jika saja Soheila tidak menunggunya maka Ciel tidak akan mempermasalahkannya dan merasa semarah ini. Hanya saja saat ini, Soheila tengah menunggunya, dan ini sudah tengah malam. Ciel didera rasa khawatir dari tadi dan saat ini dirinya benar – benar panik.
Ciel memperiksa ban mobilnya, dan betapa terkejutnya saat dirinya mendapati sangat banyak paku dan tertancap di ban mobilnya juga yang bertebaran di jalanan. Hal ini jelas disengaja, siapapun yang menaburkannya, Ciel berharap ia dapat memberi satu bogeman mentah untuk orang tersebut.
Semakin lama rasa khawatir Ciel semakin menjadi pada Soheila, dengan tergesa Ciel segera menelpon Soheila. Beberapa kali Ciel menelpon, Soheila tidak kunjung mengangkat telponnya, padahal baru beberapa saat tadi ia berbicara dengan Soheila melalui telpon.
Selagi mencari bantuan, Ciel terus menelpon Soheila dan akhirnya sebuah nada sambungan yang menandakan telponnya tersambung terdengar, namun Ciel harus menahan suaranya kala mendapati suara Soheila yang menangis.
“Samuel,” Ciel diam mendengar Soheila, pikiran Ciel kacau, rasa khawatir dan panic berbaur menjadi satu membuatnya tak bisa mengambil langkah, untuk pertama kalinya Ciel kelimpungan kala masalah mendatanginya. Suara di telpon terjeda beberapa saat disaat yang bersamaan Ciel berusaha menjernihkan pikirannya, ia harus bertindak untuk menyelamatkan Soheila.
“tutup telponmu manis, dan aku akan berbicara,” Ciel mendengar suara seorang pria di sambungan teleponnya dan Soheila membuat Ciel semakin berpikir yang tidak – tidak. Ciel mengambil jeda beberapa saat untuk melakukan treatment pernafasan yang harus membuatnya tenang, tidak lama Ciel mulai menggapai ketenangannya dan dapat berpikir jernih.
Memperhatikan sekelilingnya Ciel mendapati bahwa jaraknya dan Soheila tidaklah lagi jauh. Memutuskan untuk berlari, Ciel segera bergegas menuju tempat Soheila. Mendapati sambungan telpon sudah terputus, Ciel semakin mempercepat laju larinya. Untuk kali ini saja, biarkan ia mengakui kekalahannya pada tuhan, untuk kali ini saja ia berharap tuhan mendengarkannya, untuk kali ini saja ia harap tuhan melihat perjuangannya walau dirinya harus menangis.
“Semoga tidak terlambat,” harap Ciel. (*)
Bersambung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: