1 Tahun Lebih Hidup Berdampingan Dengan Covid 19

1 Tahun Lebih Hidup Berdampingan Dengan Covid 19

Oleh: dr. Jeremy Willy Henry Pembimbing: dr Sudarto SpP

SARS-CoV 2 atau yang di kenal dengan Covid 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona yang merupakan golongan Virus RNA, yang termasuk dalam keluarga Coronaviridae. Awal kemunculannya pada akhir tahun 2019 dan berlanjut hingga sekarang, kehadirannya ini masih menjadi momok bagi masyarakat luas di Indonesia dan bahkan dunia.
Covid 19 awalnya muncul di Negara Cina tepatnya di Kota Wuhan.

Virus ini mulai muncul dengan menginfeksi hewan dengan hewan lainnya seperti babi, sapi, kuda, kucing, ayam dan kalelawar, tikus, dan unta. Saat pertama kali virus ini muncul di Wuhan, Kalelawar merupakan host alami atau utama dari SARS-CoV-2 ini dan karena adanya mutasi evolusi yang terjadi maka virus dari kalelawar ini dapat berpindah ke manusia yang akhirnya kita sesama manusia dapat menularkan satu sama lain. Evolusi mutasi pada virus covid 19 hingga sampai saat ini memang masih terjadi di seluruh dunia dan menyebakan lahirnya varian-varian baru virus covid 19 , dan oleh karena itu penelitian terhadap covid 19 masih terus dilakukan di seluruh dunia.


Meskipun kita sudah menjalani hidup berdampingan dengan Virus ini, angka kasus terkonfirmasi di Indonesia cenderung meningkat sejak bulan Januari 2021. Terhitung dari bulan Januari angka kasus terkonfirmasi bertambah dengan rata-rata 9.000 hingga 10.000 kasus per harinya. Angka positive rate di Indonesia pada bulan April sempat menyentuh di angka 12,7% di mana pada bulan Febuari angka positive rate di Indonesia di angka 35%, angka ini sangat jauh dengan yang di tetapkan oleh WHO yaitu di angka 5%.

Angka kematian kasus ini di Indonesia rata- rata di angka 1,5%-2%, angka ini bervariatif di tiap daerah di Indonesia. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah.


Cara penularan virus ini dapat melalui percikan air liur orang yang terinfeksi (Batuk dan Bersin), menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfekis, menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan air liur orang yang terinfeksi, kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa mengenakan masker.


CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel zat di udara). Meski demikian, cara penularan ini hanya terjadi dalam prosedur medis tertentu, seperti bronkoskopi, intubasi endotrakeal, hisap lendir, dan pemberian obat hirup melalui nebulizer.
Gejala Covid-19 bisa muncul dalam 2 sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi virus tersebut. Pada beberapa penderita Covid-19 dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali, penderita ini disebut OTG (Orang Tanpa Gejala) yang dapat menularkan virus ini ke orang lain.


Pasien yang mengalami gejala, bisa mengalami gejala pernafasan dan gejala non pernafasan.
Gejala pernafasan yang dapat timbul adalah demam, Batuk kering atau berdahak, Sesak nafas, hilang penciuman, pilek, nyeri tenggorokkan,.
Gejala non pernafasan yang dapat timbul adalah Mual, muntah, diare, nyeri ulu hati, sakit kepala, rasa pengecapan yang hilang, gampang kelelahan, nyeri otot atau tubuh, mata merah, timbulnya bercak kemerahan di kulit. Kadang pada beberapa pasien yang mendapat gejala psikiatri contohnya kebingungan, kecemasan, depresi, gangguan tidur dan konsentrasi, halusinasi dan stress.


Setiap pasien mengalami gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda, ada yang bergejala ringan, sedang hingga berat. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien covid 19 adalah sesak nafas hingga memerlukan alat pernafasan atau ventilator yang bisa berujung dengan kematian.
Untuk menentukan seseorang terkena covid 19 atau tidak, dapat melalui pemeriksaan PCR Swab yang saat ini sudah tersedia di Rumah Sakit di daerah masing-masing. Namun pemeriksaan ini masih memerlukan waktu yang lama Kurang lebih 6 jam bahkan hari untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah di lakukan. Adanya pemeriksaan skrining Swab Antigen, yang prosedur pemeriksaannya hampir sama dengan PCR Swab oleh karena waktu pemeriksaanya hanya memerlukan waktu yang sebentar, proses ini memudahkan para Tenaga Medis untuk mendiagnosa penyakit ini, akan tetapi hasil pemeriksaan PCR itu lah yang menjadi patokkan diagnosa dikarenakan PCR Swab memiliki tingkat akurasi lebih dari 95% sedangkan Swab Antigen lebih dari 75%.


Sampai saat ini, belum ada obat untuk mengatasi penyakit COVID-19. Jika Anda di diagnosis COVID-19 tetapi tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan, Anda bisa melakukan perawatan mandiri di rumah, yaitu:


• Lakukan isolasi mandiri selama 2 minggu dengan tidak keluar rumah dan menjaga jarak dengan orang dalam satu rumah.
• Ukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari.
• Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, atau hand sanitizer.
• Banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh.
• Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.
• Konsumsi obat pereda batuk, demam, dan nyeri, setelah berkonsultasi dengan dokter.
• Melakukan bilas hidung atau cuci hidung serta kumur-kumur pada mulut.
Jika kita mengalami gejala dan gejala nya memburuk silahkan ke Fasilitas Kesehatan terdekat untuk mengkonsultasikan keadaan kita ke pihak yang lebih ahli.
Sampai dengan Sekarang Pemerintah tetap mendorong kita untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit ini. Upaya Vaksinisasi tetap di lakukan dengan target seluruh masyarakat di Indonesia mendapatkan vaksin. Efektifitas vaksin yang kita gunakan dari pemerintah memiliki efikasi 65%.
Yang menjadi kesalahpahaman di masyarakat saat ini adalah jika mereka sudah di vaksin mereka akan kebal terhadap virus ini, pemikiran ini adalah pemikiran yang salah karena tujuan vaksin adalah membuat antibodi terhadap penyakit yang akan di hadapi yang artinya resiko penularannya lebih rendah kepada orang yang setelah di vaksin, walaupun pada akhirnya jika terinfeksi gejalanya akan ringan dan yang perlu di ingat adalah seseorang yang telah divaksin masih dapat menularkan Covid-19 kepada orang lain.
Cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:


• Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 2 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
• Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
• Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
• Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.

• Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
• Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi
COVID-19, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
• Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat
sampah.
• Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan
rumah.
• Melakukan bilas hidung atau cuci hidung serta kumur-kumur pada mulut
Meningkatkan daya tahan tubuh kita yaitu dengan cara tidak merokok, makan makanan yang bergizi dan cukup serat, Olahraga rutin, Cukup tidur, hindarin faktor stress, Mengkonsumsi vitamin dan Suplemen.
Selain untuk mengobati, cuci atau bilas hidung serta kumur-kumur pada muluat dapat berguna untuk pencegahan terhadap virus ini. Air garam fisiologis atau cairan infus adalah cairan yang kita gunakan dalam prosedur ini. Jika sudah terinfeksi dengan virus ini maka boleh di campurkan dengan povidine iodine (Betadine).
Virus ini mungkin saat ini tidak dapat dihindari, karena sudah masuk ke lingkungan dalam kita, oleh karena itu sebaiknya kita jangan lengah dan jangan pernah capek dengan penyakit ini. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: