Behind: Impossible

“Nggak ada yang aneh kok kalo ada orang yang berubah, yang anehnya itu ada aja orang yang ngekritik sama ngomentarinya, udah berasa dia yang paling sempurna taunya bukan apa – apa selain sampah”
-Mala
Tit Tit Tit
Suara alarm menedengung di seluruh pejuru kamar kecil milik Keken, dengan malas Keken menggapai alarmnya dan mematikannya. Tidak bisakah waktu berjalan sedikit lebih lambat agar Keken bisa merasakan lelapnya tidur, rasanya Keken lupa kapan ia terkahir kali bisa tidur dengan nyenyak.
Di kos – kosannya, Kamar Keken adalah kamar yang paling kecil dengan sebuah balkon. Walau kecil, Keken dapat membuat kamar itu terasa sangat nyaman, belum lagi balkon yang terhubung dengan kamar Keken menjadi nilai plus tersendiri bagi Keken. Kamar mandi juga tidaklah jauh dari kamar Keken, hanya berjarak dua kamar lain dari kamarnya, dengan malas Keken mengambil handuk mandinya yang tersampir di pembatas balkon namun dirinya terkejut mendapati sosok orang yang terlihat menyeramkan duduk lesahan di balkonnya.
“Astaga Naga, sumpag gue masih muda! Belum siap mati gue! Tolong jangan hantuin gue!” Oceh Keken berlutut sambil menutup matanya, takut tidak kuat melihat sosok makhluk di depannya.
Dengan kesal, Kirana melayangkan sandal yang ia pakai ke kepala Keken. “Ini Gue Kirana bego!” ujar Kirana kesal sebab disamakan dengan mahluk halus. Keken tidak salah, siapa yang tidak terkejut melihat Kirana dengan daster putih kumalnya dan rambut panjang yang sangat berntakan. Belum lagi Make up Kirana semalam, membuat wajahnya terlihat menyeramkan dengan eyeliner yang meleber kemana – mana dan lipstik yang tidak terlalu dibersihkan dengan benar.
Keken membuka sedikit salah satu matanya, takut – takut bahwa makluh yang mirip seperti kuntilanak jadi – jadian ini mengaku Kirana, dan untungnya itu benar Kirana yang kini tengah berkacak pinggang melihatnya dengan wajah marah. Segera Keken berdiri dari posisi berlutunya dan mengibaskan rambut sebahunya berusah mengusir sedikit rasa malunya.
“Ya manalah gue tau kalo itu lo! Lagian loh udah cocok tu jadi saudara kuntilanak jejadian di pohon pisang sana!” ucap Keken. Kirana yang mendengarnya mendengus kasar dan memutar bola matanya malas.
“Lo aja yang penakut, mana ada lagian hantu pagi – pagi buta begini. Tampang sih boleh iya, pemberani. Taunya, dih sama hantu aja takutnya udah kek mau mati!” sindir Kirana.
“Apa lo? Nggak seneng?! Ribut sini?!” Sewot Keken, Kirana beranjak pergi dari hadapan Keken namun sebelum itu dia mengambik handuk Keken dan berlari secepat kilat sambil berteriak,
“Gue pinjam barang lo dulu kak, bye, gue mau mandi!” Teriak Kirana sebelum menutup pintu kamar Keken dengan keras.
“Cih, ada butuhnya aja manggil gue kak,” rungut Keken, namun tak dapat dipungkiri ia senang melihat kelakukan Kirana, sangat mirip dengan dia yang membuat Keken tersenyum kecil kala mengingatnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: