Behind: Impossible

 

­-Lucunya kita tetap tertawa, padahal tahu bahwa kita sedang tidak baik – baik saja-

-Kirana

Keken terus melihat jam yang terpasang di kantornya, pasalnya ia tengah menunggui Kirana, yang sejak pagi pergi namun tak kunjung kembali hingga jam makan siang hampir tiba. Jika biasanya, Keken tidak peduli, maka tidak sekarang, entah mengapa dirinya menjadi sangat khawatir, bahkan Keken sangat tidak fokus mengerjakan pekerjaannya, kegelisahan Keken pun disadari oleh teman – teman sekantor Keken.

“Lo kenapa sih Ken, dari tadi keknya gelisah banget?” Tanya Mala yang kini memusatkan perhatian pada Keken, tidak hanya Mala, teman Keken yang lainnya pun ikut memusatkan perhatian mereka pada Keken.

“iya nih, masa artikel yang Keken kerjain dari tadi satupun nggak ada yang cocok, biasanya Keken yang paling jago nulis artikel,” ujar Tsana yang sedikit mengeluh karena pekerjaan Keken sedari tadi selalu salah.

“Cerita aja Ken,” ujar Sanu menyuruh Keken. Keken hanya tersenyum kikuk, melihat temang – temannya yang mengeluh karenanya.

“Gue nggak apa – apa,” ucap Keken, “gue lagi nungguin Kirana, dari pagi katanya Cuma pergi sebentar. Tapi, sampe sekarang nggak balik – balik, gue khawatir aja.” Lanjut Keken.

“Biasa juga nggak peduli Ken, tumben.” Komentar Doni.

“Orang bisa berubah Don, nggak selalu kok yang benci bakal kita benci dan nggak selalu yang kita suka bakal selalu kita suka, semuanya punya masa expired,” jawab Keken sambil tersenyum masam.

“coba telpon aja deh, dibanding lo nggak fokus kerja gini. Kita juga jadi kepo nih tuh anak kemana,” ujar Sanu.

“Kita? Lo aja kali.” Sewot Danu.

“Wih….Sanu mulai oleng ke Kirana. Parah sih, Mala ditinggalin.” Ujar Tsana menggoda Danu, “Mala, lo ditikung tuh sama Kirana.” Lanjut Tsana lagi.

“Gue? Kenapa jadi gue? Kan gue nggak tau apa – apa tentang Kirana, sih Keken tuh.” Ujar Mala tidak peka terhadap apa yang mereka bicarakan, membuat Sanu, Tsana, Doni dan Keken memutar bola mata mereka malas.

Sumber: