Behind: Impossible

-Hari ini bisa tidak, namun esok kita tidak tahu apa? Bisa saja menjadi iya atau tetap bertahan pada tidak, tidak ada yang tidak mungkin, dan tidak ada yang mustahil untuk terjadi-
-Behind-Impossible
Keken mendadani Kirana dengan bedak seadanya di dalam toilet wanita, agar mata sembab Kirana tidak terlalu terlihat, tidak lupa ia merapikan rambut Kirana dengan sisir kecil yang selalu ia bawa di dalam saku roknya.
“Nah, iket aja rambutnya Kir, biar keliatan lebih fresh gitu,” ujar Keken, segera Kirana mengikat rambutnya dengan kaya kucir kuda.
“Gimana? Udah rapi?” Tanya Kirana.
“Sip, cantik, tapi nggak melebihi gue.” Ujar Keken.
“sewot aja sih lu,” ujar Kirana.
“Suka – suka dong!” balas Keken.
“Nah, nggak keliatan kan kalo gue habis nangis?” Tanya Kirana,
“Nggak, udah yuk, telat nih kita, masuk kantor udah kek merasa kerja di kantor punya sendiri aja,” ujar Keken.
“Aamin Ken, mana tau kita besok – besok punya kantor sendiri, lebih gede dari ini kalo bisa,” jawab Kirana.
“Ngalu aja lo, awas jatuh sakit.” Balas Keken.
“Ishh,” desis Kirana sambil mencebikkan bibirnya kesal pada Keken namun tak kunjung ia turut mengukuti Keken dan berjalan di samping Keken menuju ruangan divisi humas.
“Permisi,” ucap Kirana sambil mengetuk pintu saat membuka ruangan pintu divisi humas, dibelakang Kirana, menyusul Keken yang begitu saja masuk tanpa mempedulikanteman – teman yang lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: