Behind: Impossible

“Kehidupan itu tak jauh dari layaknya sebuah permainan, karena kemengan adalah satu –satu tujuan, dan kekalahan adalah pilihan terkahir yang tak pernah diinginkan”
-Dafa
Saat di perjalanan Keken melihat interior mobil Dafa, posisi Keken saat ini di kursi tengah bersama Kirana, sedang Dafa menyetir dan Danu di sebelahnya. Perjalanan mereka menuju Kafa yang mereka tuju diisi dengan irilangan lagu yang terputar dari mobil Dafa, lagu – lagu klasik dan Mozart yang membat Keken tidak menyangkan bahwa seseorang seperti Dafa menyukai hal itu.
Pemandangan malam yang indah membuat Keken ingin sekali mengambil selfie dirinya dengan latar belakang yang berlalu – lalang, namun saat ingin mengeluarkan ponselnya, Keken menjatuhkannya. Karena pencahayaan yang tidak terlalu terang dan Keken meraba – raba, akhirnya Keken menemukan ponselnya dan sebuah foto yang menempel di belakang ponselnya. Saat Keken ingin melihat fotonya, suara Sanu membuat Keken mengurungkan niatnya dan memasukkan foto itu pada saku roknya secara spontas.
“Yas, sampai!” Ucap Sanu semangat, melihatnya Kirana hanya terkekeh pelan dan segera turun dari mobil bersamaan dengan Keken.
“Bukan temen gue,” Ujar Dafa yang melihat Sanu seperti seorang tarzan yang baru saja keluar dari pedalaman hutan.
“Nggak ada asyik – asyiknya emang hidup lo,” Sungut Sanu, memandang Dafa sini. “Ayo para ladies, gandeng tangan abang biar kita cepet kesana, tinggalin aja gembel di belakang.” Lanjut Sanu melirik Dafa dan segere menggandeng Kirana dan Keken bersamaan lalu jalan bersama meninggalkan Dafa.
Keken dan Kirana menuruti permintaan Sanu dan meninggalka Dafa begitu saja yang merutuk kesal namun juga tertawa, begitupula dengan Keken dan Kirana yang ikut tertawa setelahnya, sedang Sanu, ia menikmati segala yang ia lakukan.
Mereka memilih meja yang berada disudut ruangan dengan akses terbatas, karena mereka sepakat tidak nyaman rasanya makan berhadap –hadapan dengan orang asing yang tak dikenali walau diberi pembatas kaca. Setelah itu, masing – masing dari mereka memilih menu makanan mereka masing – masing dan menunggu pesanan mereka datang, selagi menunggu, Kirana menawarkan permainan botol berputar yang sering dimainkan olehnya dulu bersama teman – temannya kepada Sanu, Dafa dan Keken. Setelah mendapat penjelasa singkat dari Kirana, bagaimana cara memainkannya, Keken, Dafa dan Sanu mengangguk mengerti.
“Kalo gitu gue duluan,” Ujar Dafa mengambil botol dan memutarnya, botol tersebut berhenti di depan Sanu membuat Dafa mendesah kecewa.
“Gue nggak tertarik buat ngasih pertanyaan sama Sanu,” ujar Dafa, “Gue juga,” sambung Keken. “Kalo gitu biar gue yang ngasih pertanyaan ke dia,” Ujar Kirana.
“Jujur ya! Apa yang lo cari hari itu di gedung tua?” tanya Kirana sambil terseyum pelan, itubukanlah pertanyaan melainkan sebuah kode yang sarat akan ancaman, Kirana memberi kesempatan kepada Sanu dan Dafa untuk menjauh dari apa yang mereka cari saat ini, karena Keken tidak boleh tau, Keken harus bahagia dengan hidupnya yang sekarang. Dafa dan Sanu tentu menangkap maksud Kirana, jadi mereka ketahauan bahkan sebelum mereka melangkahkan kaki mereka di ranah perjuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: