Behind: Impossible

“Sulit mengakhiri sebuah pertemuan yang tak pernah kita inginkan menjadi akhir, karena selain tangisan, aku hanya dapat mendengar sebuah penyeselan yang selalu mengatakan seharusnya tidak seperti ini.”
-Danu
Danu menatap malam dengan sorot kosong, pikirannya penuh, caruk maruk kehidupan tiada henti menghampirinya. Atau Danu yang selalu mendatanginya. Sebuah figura usang terbingkai gambar dirinya dan seorang adik perempuan yang tak pernah ia inginkan. Namun, hatinya seolah berbohong, Danu memang mengatkan bahwa ia tak pernah menyayangi adik perempuannya, Danu selalu mengatakan bahwa ia membenci adik perempuannya, tapi, kehilangan seorang Rena adalah hal yang paling membuat Danu terpukul, ia kehilangan tujuannya.
Sampai Danu tahu jika keluarganya adalah keluarga yang paling panda berpura – pura bahagia, ia merasa dirinya adalah orang paling beruntung yang pernah dilahirkan. Namun setelah mengetahui segalanya, Danu benci, Danu benci dengan dirinya yang dengan mudahnya tertipu oleh senyum – senyum palsu keluarganya.
Dibalik lubang kehancuran yang ia dapati, Danu menemukan satu titik cahaya, Rena. Walau mereka tak terlahir dengan ayah yang sama, Danu menyayangi Rena layaknya adiknya sendiri. Senyum tulus Rena padanya, tawa renyah Rena yang selalu ia jumpai kala adiknya itu membaca komik – komik favoritnya, raut bahagia yang tak pernah lepas kala kedatangan Danu mengungjunginya. Walau Danu selalu berkata kasar kepada Rena, tak sekalipun Rena menampakan wajah masamnya pada Danu.
“Kak Danu, Rena merasa beruntung ketemu Kak Danu. Kalo disuruh pilih, Rena bakal paling sayang sama Kak Danu. Tapi Rena bakal tetep sayang kok sama Kak Veera, Kak Keken, sama Kak Sanu walau mereka nggak tahu Rena itu ada. Kak Danu, kalo Rena nggak bisa selalu ada di samping Kak Danu lagi, sampein rasa sayang Rena ke mereka,”
Itu adalah kata terkahir yang Rena katakan pada Danu sebelum Rena meninggalkan selamanya, Rena meninggalkan Danu, jika tahu Rena akan mengakhiri hidupnya sendiri, hari itu Danu tidak akan pergi, Danu tidak akan berjanji pada Rena untuk menyampaikan apa yang Rena minta padanya, Danu akan selalu berada di samping Rena. Seharusnya Rena mengatkan dari awal kepada Danu, jika Rena tidak bahagia, maka Danu akan melakukan apapun untuk Rena, untuk adik perempuannya yang manis.
Danu mengaktifkan ponselnya, melacak lokasi orang – orang yang sangat ingin ia habisi, dendamnya terlalu membara, Danu akan menyampaikan apa yang Rena inginkan, namun dengan caranya.
***
Dafa dan Keken tersenyum malu – malu, eufhoria hangat yang mereka rasakan menyelimuti udara sekitar mereka, tak ada tatap – tatapan romantis, tak ada gandengan tangan yang hangat, hanya jalan bersama saling bersisian satu sama lain, walau begitu untuk masing – masing Keken dan Dafa suasana ini terasa romantis. Pelataran parkir terasa sepi, awalanya Keken dan Dafa kira tidak ada manusia selain mereka, namun di dekat mobil mereka ada Danu yang berdiri seolah menunggu kedatangan mereka.
“Danu,” panggil Keken, segera berlari kecil mendatangi Danu sambil tersenyum senang, Danu yang melihatnya hanya tersenyum kecil, seolah tidak minat membalas senyuman yang diberikan Keken. Dafa berjarak cukup jauh dari Keken, sekitar lima meter dari jarak keberadaan Keken dan Danu.
“Danu ngapain di situ,” Tanya Keken tersenyum manis, Danu mengusap kepala Keken pelan, dan mengelus pipinya. Dafa mempercepat langkahnya melihat hal itu, namun hal itu segera diganti dengan tragedi, saat Danu mulai mencekik Keken.
“Da-a-a-nu-Danu,” Ucap Keken putus – putus,
“Danu!” Teriak Dafa,
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: