>

“Kata bunda, ada yang lebih indah dari sekedar pemandangan gunung di hutan, atau jalan jalan di pinggiran pantai. Senyum, nggak ada yang bisa menandingi indahnya senyum orang bahagia, karena itu Cipta selalu bahagia, biar senyumnya indah”

-Cipta

>>> *** <<<

Ada tiga hal yang membuat hidup seorang Rafia Aksel Cipta menyenangkan. Pertama, Senyum Bunda. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari melihat Bundanya selalu tersenyum padanya setiap Cipta mengawali harinya. Teriakan bunda yang khas, akan menjadi alarm favorit Cipta setiap ia harus bangun pagi untuk pergi sekolah, dan masakan bunda yang akan ia puji setiap kali ia santap, apapun tentang Bunda, untuk Cipta itu adalah hal yang sangat menyenangkan.

Kedua, tawa Windi. Senyum Windi mirip seperti Bunda menurut Cipta, selalu manis dan menjadi candu setiap kali dilihat. Windi juga sering tersenyum seperti Bunda, bahkan banyak kesamaan lainnya antara Windi dan Bunda yang membuat Cipta sering bertanya – tanya, sebenarnya anak Bunda itu Cipta atau Windi? Windi itu jarang tertawa, sekalipun tertawa hanya sebuah senyuman lebar tanpa suara, begitulah gambaran Cipta terhadap tawa Windi.

Dulu, hanya sebuah Kue sederhana ulang tahun buatan bunda dengan riasan berantakan yang dihias oleh Cipta di hari ulang tahun Windi, Cipta dapat mendengar suara tawa Windi yang begitu lepas. Saat itu, Cipta merasa dunianya hanya berputar di sekitar Windi, tawa Windi benar – benar ajaib, seajaib Windi memenangkan hati Cipta pada jumpa pertama. Sejak itu, Cipta bertekad untuk selalu mendengar tawa Windi, tawa yang ingin selalu Cipta dengar setelah melihat senyum Bunda.

Dan ketiga, Aroma kayu manis. Jauh sebelum Cipta jatuh cinta pada Windi, Cipta lebih dulu jatuh cinta pada Aroma kayu manis, tidak hanya aroma, Cipta menyukai segala hal tentang kayu manis. Tanaman rempah dengan nama ilmiah Cinnaomomum itu memberikan sensasi berbeda kala Cipta memakannya pertama kali dengan tidak sengaja saat dirinya mengira jika Kayu Manis itu permen. Aroma manis dan pedas pada kayu manis membuat Cipta terus jatuh cinta berkali – kali. Jangan tanya Cipta mengapa ia begitu menyukai aroma kayu manis, jika tiba saatnya, Cipta yang akan menjelaskan sendiri mengapa harus kayu manis.

“Ciptaaa!!!”

Itu suara teriakan bunda ketiga kalinya memanggil Cipta untuk segera bergegas dari kamarnya dan turun untuk sarapan bersama ayah yang mungkin akan menatapnya sinis nanti. Karena, seperti biasanya, Cipta akan sangat senang melihat ayahnya kesal atau ketika ia bisa memenangkan permainan yang Cipta buat dengan ayahnya dan menghabiskan waktu seharian dengan bunda adalah hadiah favoritnya.

“Iya, Bunda. Datang nih!” Ucap Cipta sambil menuruni tangga rumahnya dengan beberapa tarian random serta siulan amatiran yang tidak jelas bunyinya.

“Cepetin ih! Nanti ayah terlambat kerja kalo kamu lambat, nanti kamu juga terlambat sekolah,” Omel Bunda sambil menyiapkan makanan pada piring ayah.

“Iya bundanya Ciptaaa,” Jawab Cinta, menyempatkan mencium pipi bundanya sesaat dan segera duduk di meja makan. Di depannya, Cipta merasa ada yang memandangnya tajam, munkin jika tatapan bisa membunuh maka Cipta sudah tidak bernafas sedari tadi, dan tentu saja tatapan itu datang dari musuh bebuyutannya yang selalu menjadi pahlawannya, Ayah.

“Cipta!” Ujar Ayah, “Kamu itu udah gede ya! Ayah nggak mau ngalah sama kamu lagi, waktu kamu kecil kamu itu udah sering banget sama bunda, sekarang giliran ayah dong! Kamu manja banget sih sama bunda kamu, kalo kamu manja terus kapan ayah manja sama bunda!” Protes ayah sambil menyedokkan nasi dan lauk yang ia makan kemulutnya.

“Ayah kalo ngomong jangan sambil makan, nanti keselek!” Peringat Bunda pada Ayah, sedang Ayah agaknya tidak begitu mendengar karena masih berfokus pada Cipta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: