>

“Yang baru belum tentu yang paling berguna, sedang yang lama bukan berarti ia tak berharga. Hanya tentang perihal waktu, sebab semuanya akan usai kala masanya tiba”

-Cipta

>>>>>*****<<<<<

Selain warung Bi Jam, ada beberapa tempat lainnya, langganan Cipta berkunjung, salah satunya toko sepatu bekas yang ada di pinggiran kota, seringkali Cipta habiskan seharian waktu disana bersama Kakek tua penjaga toko sepatu, Cipta memanggilnya Tok Shos. Dulu, saat Cipta masih berada di Sekolah Dasar, dirinya tersesat karena tak tahu arah jalan pulang, dan tak sengaja Cipta bertemu dengan Tok Shos. Awalnya Cipta ragu kala Tok Shos menawarkan bantuan untuk membantunya, sebab bunda selalu memperingatinya untuk tidak sembarangan menerima uluran tangan dari orang asing, namun disaat bersamaan Cipta juga tak berdaya, ia kehilangan arah, selain Tok Shos tidak ada orang lain yang dapat membantunya saat itu.

Walau ragu, Cipta tetep menerimanya, digenggamnya erat tangan tua yang sudah berkeriput itu. Awalnya tangan Tok Shos terasa sangat dingin digenggaman Cipta, namun seiring Cipta dan Tak Shos berjalan bersama, Cipta merasa hangat, selain ayah, hanya bersama Tok Shos Cipta dapat merasakan genggaman tangan yang rasanya tulus mencintainya, erat namun tidak menyakitkan, lapang tapi tidak melepaskan. Bahkan, Cipta tidak sadar bahwa dirinya banyak berceloteh tentang bunda dan ayahnya kepada Tok Shos.

“Nanti diujung jalan ada toko sepatu, kita telpon orangtua kamu disana ya?” Ucap Tok Shos lembut pada Cipta.

“Iya, ditas Cipta juga ada nomor telepon ayah, bunda bilang kalo nanti bu guru nanya nomor telepon tunjukin aja kotak pensil Cipta, disana ada nomor ayah,” tutur Cipta lugu, Tok Shos tersenyum dan mengusap kepala Cipta pelan mendengar penuturan Cipta.

“Kakek tau nggak, kotak pensil Cipta itu keren banget loh walau nggak gambar spiderman kaya teman – teman Cipta, gambarnya upin sama ipin. Kata Ayah, buat jadi kerena nggak harus jadi superhero, jadi anak – anak juga udah keren kalo Cipta selalu baik sama nurut kata bunda,” Cerita Cipta pada Tok Shos, selama Cipta bercerita tak sekalipun Tok Shos terlihat mengacuhkannya, Tok Shos benar – benar mendengarkan cerita Cipta dengan seksama, hingga tak terasa mereka sampai di toko sepatu bekas milik Tok Shos.

Sesampainya di sana, Tok Shos mempersilahkan Cipta memasuki toko sepatu yang juga merupakan rumah Tok Shos. Hanya Toko dua pintu dengan plakat besar bertuliskan TOKO SEPATU BEKAS MAGENTA di depannya, dihiasi dengan tanaman sulur merambat di setiap dinding tokonya. Cipta pikir akan banyak sepatu kala memasukinya, ternyata tidak, hanya dua rak sepatu berukuran sedang berisi sepatu bekas dengan berbagai ukuran, jenis dan warna. Di tengah ruangan, ada piano dan sebuah biola yang tergeletak di sampingnya. Dan setelah itu ada pembatas tirai, Cipta tidak dapat melihat apa yang ada di balik tirai, sepertinya itu sudah menjadi area rumah untuk Tok Shos.

“Cipta, telpon orangtuamu nak, hari sudah malam, pastilah mereka khawatir.” Suruh Tok Shos padanya. Segera Cipta mengambil telepon jadul yang di berikan Tok Shos, mengetikkan sederet nomor yang tertulis di kotak pensilnya dan menunggu nada sambung dari telpon tersebut.

Saat sudah tersambung, suara bunda adalah suara pertama yang Cipta dengar, “Bunda, ini Cipta.” Ujar Cipta. Beberapa saat, Cipta menjauhkan telpon itu dari telinganya, mendengar bunda tampak histeris sekaligus khwatir, mengundang tawa kecil Tok Shos yang menyaksikannya. Merasa suara bunda sudah mereda, Cipta segera menjelaskan bahwa dirinya baik – baik saja dan tidak sengaja tersesat di jalan lalu memberikan telepon itu pada Tok Shos saat bunda ingin berbicara dengan Tok Shos.

Hampir sepuluh menit Tok Shos berbicara di telepon dan Cipta menunggunya dengan sabar di kursi piano, sesekali Cipta tekan asal tuts di hadapannya, mendengarkan setiap irama dan nada yang tercipta.

“Cipta,” Panggil Tok Shos, Cipta sedikit terkejut karena fokusnya ada di setiap tuts piano yang ia tekan. Namun, keterkejutan Cipta tidaklah lama, kala tiba – tiba Cipta melihat Tok Shos dan piano bergantian, membuat tanda tanya pada Tok Shos.

“Tolong ajari Cipta bermain ini,” Ujar Cipta pada Tak Shos sambil menunjuk piano, “Karena Cipta ingin tampil disana,” tunjuk Cipta pada foto usang yang tergantung di dinding, pertunjukan panggung orkestra lama tua oleh Tok Shos. Tok Shos menatap lamat figura usang tersebut, seluruh mimpinya tertanam disana, harapan dan asa yang belum tergapai membuat pikirnya berkelana, bertanya – tanya, masih adakah kesempatan untuknya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: