
“katanya menang kalah itu hanya soal keberuntungan, lalu mengapa banyak yang kecewa saat mereka ada dalam pernyataan sebuah kekalahan?”
-Cipta
>>>***<<<
Hari ini Cipta sengaja tidak menaiki Pasto, dan berangkat sendiri menggunakan sepeda kesayangannya. Jarak antara rumah Cipta dan sekolahnya terbilang cukup jauh, namun Cipta sudah betekad bahwa ia ingin berangkat menggunakan sepedanya, dan berangkat lebih pagi dari biasanya agar tidak terlambat.
“Cipta, barengan sama ayah aja nanti, capek pasti naik sepeda ke sekolah!” ajak Ayah pada Cipta yang saat itu masih membersihkan jok sepedanya dari debu – debu, karena lama tak dipakai.
“Nggak, Cipta berangkat duluan aja. Bye ayah!” Lambai Cipta pada ayahnya yang menatap Cipta dengan gelengan kepala, tak habis pikir mengapa Cipta mau – mau saja buang tenaga menggunakan sepeda butut itu untuk berangkat sekolah.
Cipta menghirup dalam udara pagi, terasa sangat segar. Seiring perjalanannya, semangat Cipta semakin membara untuk ke sekolah hari ini, bahkan tak hentinya Cipta tersenyum pada setiap orang yang ditemuinya. Banyak Cerita yang ingin Cipta bagi pada Jeje dan Saka sejak semalam, bahkan kerena ingin menceritakan hal itu Cipta tidak bisa terlelap semalamam.
Sekolah Cipta mulai terlihat dalam pandangan Cipta, hanya beberapa meter lagi, Cipta semakin melajukan kecepatan sepedanya. Bersamaan dengan tibanya Cipta, ada Windi dan Saka yang juga yang tiba bersamaan. Biasanya jika Cipta akan melihat Windi dengan motor pinknya, kali ini tidak, Windi duduk di jok belakang motor Saka yang berarti Windi berangkat bersama Saka.
“Cipta,” Sapa Windi pada Cipta, masih dengan senyuman yang sama menenangkannya untuk Cipta, Windi tersenyum pada Cipta. Tidak ada senyuman lebar yang biasa Cipta tunjukkan, hanya senyuman yang sungkan yang tiba – tiba saja membuat suasana hati Cipta buruk.
Windi terlihat kesusahan melepas kaitan helm yang terpasang di kepalanya, Cipta mendekati Windi, berniat untuk membantunya namun Saka lebih dulu melepaskan helm Windi. Cipta tersenyum tipis, sesaat langkahnya terhenti melihat adegan yang tercipta antara Windi dan Saka, namun Cipta tak ingin berburuk sangka.
“Itu wajar Cipta, tenanglah!” Batin Cipta pada dirinya.
“Huft…syukurlah, makasih ya Ka,” Lega Windi kala kaitan helm itu akhirnya terlepas, dan setelahnya Windi menghampiri Cipta.
“Bahagia pagi Ini Cipta,” seperti biasanya, sapaan berupa doa akan selalu Windi ucapkan saat bertemu Cipta setiap pagi di sekolah.
“Bahagia pagi ini juga Windi,” balas Cipta terseyum senang, Windi terlihat lebih cerah dan bahagia hari ini, membuat Cipta juga turut bahagia merasakan eufhoria kesenangan Windi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: