>

“Mungkin hari ini kita bisa ngawali hari kita sama – sama, tapi nanti belum tentu kita akan berakhir dengan orang sama.”

-Cipta

>>>***<<<

Hari Sabtu akan menjadi hari kesukaan Cipta, karena setelah sabtu akan ada minggu yang menantinya. Dan setiap hari Sabtu, Cipta akan menghabiskan waktunya bersama Windi seharian, sebelum fajar benar – benar menyingsing, Cipta bahkan sudah memikirkan apa saja yang akan meraka lakukan bersama. Tidak usah bayangkan adegan romantis layaknya remaja yang dimabuk cinta, hanya beberapa kegiatan sederhana saja. Biasanya berupa Windi yang mendengar Cipta bercerita tentang ayah bundanya, atau Cipta yang menemani Windi mencari buku – buku di daftar bacaannya.

“Cantik,” puji Cipta saat Windi berada di hadapannya, Blus biru muda yang dengan rok putih lipat selutut yang dikenakan Windi menjadi komposisi perpaduan sempurna dengan kaos putih dan celana jeans biru pudar yang dikenakan Cipta, kebetulan yang sangat pas, padahal tidak ada sama sekali diantara Cipta dan Windi membahas pakaian yang akan mereka kenakan.

Mendengar pujian yang dilontarkan Cipta, Windi hanya tersenyum kecil dan segera menaiki jok belakang sepeda Cipta, “Buruan, mumpung belum siang, nanti panas.” Suruh Windi.

Tidak ada yang berubah dari setahun belakangan sejak Cipta dan Windi sering menghabiskan waktu bersama di setiap Sabtu. Sepeda Ontel milik Cipta hanya akan selalu membonceng Windi dan bunda, walau tidak selamanya, Cipta tetap akan menjaga jok belakang sepedanya hanya untuk dua wanita kesayangannya, setidaknya hingga waktunya tiba.

Perjalanan menuju perpustakaan kota lumayan memakan waktu karena Cipta dan Windi memakai sepeda, walau begitu Cipta tak pernah mengeluh selagi mengayuh begitupula Windi. Tidak ada perjalanan yang terasa membosankan jika itu bersama Cipta, karena Cipta tidak akan ada sudah – sudahnya membuat suasana setiap detiknya menjadi lebih berarti dan indah.

“Windi capek nggak duduk di sepeda Cipta? Maaf ya, Cipta nggak punya motor buat ngebonceng Windi biar lebih cepet sampenya,” Sesal Cipta, mendengar Cipta, Windi merapatkan pelukannya pada pinggang Cipta, Bahasa tubuh jika Windi menikmati segalanya.

“Nggak, Windi suka, dibanding naik motor enakan naik sepeda gini bareng Cipta. Cipta capek nggak ngayuh sepedanya?” Tanya Windi.

“Segini doang mah nggak ada apa – apanya buat Cipta, Cipta sering ngenterin bunda belanja ke pasar naik sepeda kalo ayah kerja.” Jawab Cipta sesekali menengok Windi.

“Windi berat nggak?” tanya Windi lagi pada Cipta, “Berat,” Jawab Cipta Cepat. Mendapat jawaban seperti itu spontan Windi menepuk pelan bahu Cipta, tidak terima dikatai oleh Cipta bahwa dirinya berat, padahal berat badan Windi hanya 45 Kg.

“Cipta ihh..” gerutu Windi, Cipta terkekeh kecil mengetahui Windi tidak terima dengan perkataanya.

“Cipta kan belum selasai ngomong, dengerin dulu makanya,” Sanggah Cipta, “Berat tapi bukan Windinya, Hati Windi yang berat, soalnya penuh cinta buat Cipta.” Lanjut Cipta tertawa, merasa geli sendiri dengan perkataanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: