
“Biasanya hari akhir adalah detik usainya sebuah kebersamaan, namun untuk Cipta ituadalah awal untuk membangun kebersamaan lainnya”
-Magenta
>>>***<<<
Cipta dan Magenta kini ada di ruang tunggu bandara, tiga puluh menit lagi adalah jadwal keberangkatan mereka menuju Indonesia. Setelah memberesakan segala drama singkat yang tercipta dikamarnya, Cipta mendapat kenangan berupa foto polaroid dari Phylan. Masih Cipta ingat bagaimana hebohnya mereka bertiga mengambil foto mereka bertiga dalam waktu singkat sebanyak – banyak mungkin karena mengetahui kepulangan Cipta yang tiba – tiba, bahkan mereka melewatkan jam makan malam hanya untuk berfoto.
Cipta menatap empat foto yang ia pilih untuk ia bawa, foto mereka bertiga, fotonya hanya dengan Aksel, fotonya hanya dengan Phylan dan foto jendela malam yang tak sengaja diambil Aksel menjadi pilihan terakhirnya. Aksel dan Phylan bahkan mengomentari selera Cipta aneh, mungkin yang mereka lihat hanya jendela dengan pemandangan kota malam, namun jika dilihat lebih dekat lagi, didalam foto itu, ada Cipta dan Phylan yang tertawa serta raut wajah bingung Aksel memegang kamera, dan hal itu terpantul menjadi bayangan di jendela. Cipta menyukai suasana yang tampak dalam foto tersebut, terasa tulus dan menyenangkan.
Suara ketukan meja oleh Magenta menyadarkan Cipta dari lamunannya. Cipta mendapati dua potong roti, sebotol air mineral dan ponselnya. Ah … akhirnya Cipta kembali mendapat ponselnya, Cipta menitipkan ponselnya pada Magenta karena takut teledor meninggalkan ponselnya di sembarang tempat yang membuat Cipta malah melupakan bahwa ia membawa ponselnya. Saat sampai di Vienna saja, Magenta lah yang menghubungi bunda mengabari bahwa mereka baik – baik saja.
“Makasih,” ucap Cipta pada makananan yang diberikan Magenta dan telah menjaga ponselnya. Magenta mengibaskan tangannya tanda bahwa tidak apa – apa. Toh, Magenta juga tidak keberatan sama sekali.
Sambil memakan rotinya, Cipta mencari kontak Jeje berniat menghubinginya, dan saat menemukan nomor dengan nama ‘Saudara Simpanse’, Cipta segera mendialnya. Ada suara operator yang mengatakan bahwa nomornya tidak dapat dihubungi, Cipta ingat nomornya bukan untuk telpon internasional. Cipta menatap Magenta dengan mata yang sengaja dikedip – kedipkan, melihat kelakukan Cipta, Magenta bergidik jijik namun tak ayal tetap memberi ponselnya pada Cipta. Cipta kembali menghubungi Jeje, terdengar suara Jeje diseberang sana, suara cempreng yang selalu membuat Cipta naik darah.
“Halo?” Sapa suara Jeje lembut dari seberang sana,
“Sama Magenta aja suara lo lembutnya mengalahi lembut suara Barbie,” protes Cipta mencebikkan bibirnya kesal.
“Oh ternyata lu nyet, beda lah, Magenta kan princess, dah lo? Kambing aja lebih baik dibanding lo!”
“Itu mulut cuci dikit napa dah?! Kagak ada bersih – bersihnya kata lo!”
“kayak yang ngomong nggak aja!”
“Suka – suka lo deh Je, asal lo bahagia!”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: