>

“Ibarat kata, Ginanja itu arti sedang malam adalah makna, hanya berbeda prosa namun memiliki tujuan yang sama.”

 

-Ginanja dan malam sialnya.

 

>>>***<<<

 

Malam itu langit benar – benar bersih dari segalanya, seolah bulan dan bintang berjanji untuk tidak menampakkan diri mereka. Angin malam berhembus cukup kencang, membiarkan dingin terus mengudara, terasa mencekam tanpa suara. Ditemani dengan sarung sederhana dan secangkir teh hangat ala kadarnya, Ginanja terududuk di sampaing jendelanya. Seperti biasanya, setiap malam Ginanja akan melewati malamnya tanpa tidur, dibanding frustasi memikirkan bagaimana agar dirinya bisa tertidur setiap malam, akhirnya Ginanja mengalah dan menikmati insomnianya saja.

 

Di tangannya Ginanja menggenggam buku dan pena, walau Ginanja tak secerdas saudara – saudaranya, Ginanja sangat menyukai mempelajari Bahasa Asing dan Sejarah. Seringkali tanpa sepengetahuan keluarganya, Ginanja meminjam buku diam – diam dari perpustakaan keliling yang datang seminggu sekali ke kampungnya. Ginanja juga menyukai novel klasik, bahkan hampir semua novel klasik di perpustakaan keliling itu habis terbaca oleh Ginanja, tidak ada seorangpun yang mengatahui betapa Ginanja mencintai dunia membaca dan bahasa asing di seluruh dunia, bahkan Sarah sekalipun

 

Kamus Bahasa Rusia yang dibeli oleh Ginanja dari toko buku bekas di tengah perjalanan ia pulang ke rumah, menjadi teman setianya malam ini. Ginanja menguasi beberapa bahasa dunia misalnya saja Bahasa Inggris dan Ibrani, dan saat ini Ginanja tengah memperdalam bahasa Rusianya. Terhitung sudah dua minggu Ginanja mempelajari salah satu bahasa dunia itu.

 

“Iz,” Gumam Ginanja selagi menuliskan beberapa kalimat dan tak lama Ginanja kembali menggumamakan namanya, “Ananda Ginanja.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: