>

“Perihal rasa, kita merahasiakannya. Perihal hidup, kita juga merahasiakannya. Apapun yang terjadi masing – masing diantara kita selalu berusaha merahasiakannya.”

“Sebab apa?”

“Sebab masing – masing dari kita berharap ilusi kebahagian yang kita buat terus bertahan, hingga kita tidak perlu tahu, sakitnya menerima kenyataan.”

-Ginanja&Serena

>>>***<<<

Ginanja mengendap diam –diam menuju ruang tamu, memastikan bahwa semua kelurganya telah tidur, setelah kepulangan Ginanja dengan keadaan yang basah kuyup dan pergi dalam waktu yang lama tanpa seorang pun tahu keberadaan Ginanja, seharusnya Ginanja akan mendengarkan ocehan Mbak Senja tiada henti hingga beberapa jam kedepan. Namun, alasan yang diberikan Ginanja untuk mencari Serena, menyurut amarah Mbak Senja yang dibalas Ginanja dengan hembusan nafas lega.

Seharusnya Ginanja tidak perlu mengendap – endap seperti pencuri di dalam rumahnya, hanya saja Ginanja terlalu malas mendengarkan godaan saudara – saudara perempuannya jika mereka tahu Ginanja mengambil telepon rumah untuk menelpon Serena, terutama Mbak Senja. Apakah Mbak Senja tidak tahu bahwa hati Ginanja hanya untuk Sarah seorang?

Ginanja melarikan telepon rumah kedalam kamarnya dan segera mengunci kamarnya. Telepon rumah itu Ginanja taruh di atas kasurnya, dengan posisi berbaring, Ginanja menekan beberapa nomor hingga suara telepon terhubung terdengar.

“Halo” Sapa suara Serena disebrang Sana.

“Ada Serena Aditya nggak? Saya mau nitip pesan suruh jangan nangis lagi, udah malam, harusnya tidur.” Ujar Ginanja.

“Ginanja?”

“Berharapnya siapa emang?”

“Nggak berharap siapa-siapa,”

“oh, yaudah deh, aku tutup aja.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: