
“Jangan tertawa terlalu keras, jika tidak ingin menangis lebih keras. Jangan bersuka terlalu senang jika tidak ingin berduka begitu dalam.”
-Ginanja dan Mitos Tentang Tawa
>>>***<<<
Ginanja terbangun saat adzan subuh berkumandang kuat, ditatapnya sekitarnya seperti ada yang kurang, ah, Ginanja ingat, Mbak Senja. Tidak ada teriakan Mbak Senja yang membangunkannya, Ginanja menggaruk kepalanya bingung, seolah Ginanja merasa dirinya belum sadar sepenuhnya dari tidurnya. ini malam pertama yang Ginanja lalui dengan tidur nyenyak setelah berbincang bersama Ayah. Ginanja mengamati sekeliling kamarnya, mencari jejak Ayah, apakah Ayah sudah pergi bekerja? Ginanja bangkit dari tidurnya dan beranjak menuju kamar Mbak Senja, disaat yang sama Ginanja mendapati Putri masuk dari arah pintu belakang rumah.
“Darimana Put?” Tanya Ginanja pada Putri, mendengar pertanyaan Ginanja, Putri memutar bola matanya malas.
“Menurut abang darimana?” Tanya Putri balik.
“Dari belakang.” Jawab Ginanja polos.
“Kalo tau kenapa nanya.” Komentar Putri.
“tumben,” bingung Ginanja, “Biasanya minta temenin abang.” Ujar Ginanja.
“Ini udah subuh, orang – orang juga udah pada bangun, ngapain minta temenin.” Jelas Putri yang setelahnya berlalu pergi meninggalkan Ginanja.
“Iya juga ya,” Ujar Ginanja tampak seperti orang bodoh, “Eh Putri,” Panggil Ginanja lagi sebelum Putri benar – benar meninggalkannya.
“Mbak Senja di kamar?” Tanya Ginanja yang dibalas Putri dengan anggukan singkat.
“Tumben Mbak Senja bangun telat,” Komentar Ginanja yang membuat Putri mematung, “Lagi capek mungkin.” Ujar Putri mencoba memberi alasan setelahnya segera pergi tanpa menggubris Ginanja lagi yang tampaknya tengah berpikir mengenai perkataan Putri, setelahnya Ginanja segera berlalu bersiap – siap pergi ke Mushola di kampungnya, seperti biasa melaksanakan kewajibannya pada tuhannya.
***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: