
Ku ingin kau mengerti
Cinta tak harus memiliki
Walau, harus mengorbankan hati…
-Mengerti, Aqhsal Putra
>>>***<<<
Srek Srek Srek
Suara kertas terobrak abrik terus terdengar dari arah kamar Ginanja sejak dua jam lalu, kepulangannya dari pasar bersama Mbak Senja, Serena dan Sarah. Mendapati Sarah sedang berada di dekatnya membuat Ginanja terus merasa berbunga – bunga, akhirnya rindunya pada kekasih hatinya terobati. Kehadiran Sarah bisa saja menjadi bahagia yang tak terkira untuknya dan keluarganya, namun tidak dengan Serena, bisa jadi bagi Serena, Sarah adalah malapetaka.
Bertahun – tahun tumbuh dewasa bersama Serena tentu saja Ginanja mengenal Serena luar dalam dengan sangat baik. Tidak ada yang mampu mengenali Serena sebaik Ginanja mengenalinya, bahkan Nenek Rinaya sekalipun. Ginanja berharap, Serena dapat menyambut Sarah dengan baik. Ginanja percaya, Serena adalah wanita yang baik yang tidak akan termakan egonya begitu saja, Ginanja yakin itu.
Akhir – akhir ini Ginanja kembali ke rutinitasnya seperti biasanya, begadang hingga menjelag pagi tiba. Sesekali Ginanja benar – benar lelah, sebab istirahatnya tidak maksimal dan setiap harinya ia harus bekerja, walau tak tentu bekerja apa, Ginanja bukan orang yang tahan untuk berdiam diri saja. Sarah terus berkeliaran dalam benak Ginanja, Ginanja mengambil kamus dan buku bahasa asing miliknya yang ia sembunyikan di bawah lemarinya, berusaha mengalihkan pikirannya agar tidak terus memkirkan Sarah. Namun nihil, usahanya tidak berhasil sama sekali, seolah tiada lelah, Sarah terus saja berlari – lari di pikiran Ginanja. Karena tidak tahan sebab terus memikiran Sarah, Ginanja menatap telepon yang ia ambil diam – diam dari ruang tamu tadi saat semua orang tengah sibuk dengan urusan masing – masing.
Ginanja tidak tahu mengapa ia harus mengambil telepon dari rumahnya sendiri seperti pencuri, bahkan Ginanja tidak memiliki alasan mengapa ia harus menyimpan telepon itu didalam kamarnya, dirinya bertindak begitu saja tanpa sebab yang jelas. Walau awalnya Ginanja bingung, sekarang ia mengerti, telepon itu akan berguna nantinya. Baiklah, Ginanja akan mencoba peruntungan, jika nanti yang mengangkatnya bukan Sarah, maka Ginanja akan segera mematikannya. Ginanja menekan beberapa nomor di tombol telepon dan menunggu seseorang di seberang sana menjawab teleponnya. Ginanja berharap agar Sarah sudah tidur namun hatinya malah tak sejalan, hatinya berharap bahwa Saralah yang akan mengangkat teleponnya.
“Halo,”
Deg
Ginanja tersenyum tipis, keinginannya tak terpenuhi namun permintaan hatinya dijabah oleh tuhan, sebab suara halus Sarahlah yang mengangkat teleponnya.
“Sarah?” Tanya Ginanja memastikan bahwa itu benar Sarah, bisa saja kan dirinya salah sambung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: