Lockdown Sembilan Bulan, Terlama Sedunia Segera Dicabut
MELBOURNE-Penduduk Melbourne, Victoria, Australia, menghitung hari. Jumat (22/10) nanti lockdown di kota itu dicabut. Mereka sudah dikuntara sejak Maret lalu. Jika ditotal, kota terbesar kedua di Australia tersebut sudah lockdown selama 262 hari atau hampir 9 bulan. Ia menjadi kota terlama di dunia yang menjalani kuntara.
”Pada Kamis (21/10) pukul 23.59 tidak ada lagi lockdown, larangan meninggalkan rumah, dan jam malam,” ujar Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews, Minggu (17/10) seperti dikutip The Guardian.
Ketika aturan dilonggarkan, penduduk boleh berkumpul atau berkunjung ke rumah seseorang dengan batas maksimal 10 orang. Acara berkumpul di luar ruangan maksimal 15 orang. Di lokasi seperti hotel, tamu boleh berkumpul di dalam ruangan hingga 20 orang dan maksimal 50 orang di luar ruangan.
Lockdown memang dicabut, tapi pemerintah Victoria masih menerapkan aturan ketat. Yaitu, penduduk hanya boleh melakukan perjalanan di wilayah metropolitan Melbourne. Mereka masih belum bisa keluar antarkota meski itu hanya di wilayah Victoria. Siswa juga masih menjalani pembelajaran tatap muka paro waktu.
Saat ini angka penularan di Victoria masih tinggi. Kemarin penularan lokal baru mencapai 1.838 kasus dan 7 kematian. Namun, meski angka penularannya tinggi, penduduk yang sakit dan mengalami gejala parah justru turun. Dengan kata lain, beban rumah sakit juga menjadi lebih ringan.
Andrews menjelaskan bahwa larangan akan dihapus lebih lanjut jika angka vaksinasi lengkap sudah mencapai 80 persen. Itu diperkirakan terjadi pada 5 November mendatang.
Kebijakan terkait perjalanan internasional belum diungkap. Namun, Andrews menegaskan, dirinya berharap bisa mengikuti jejak New South Wales (NSW). Pekan lalu NSW mengungkapkan, mulai 1 November nanti, orang yang datang dari luar negeri tidak perlu dikarantina dengan catatan sudah divaksin lengkap.
Jika Australia berangsur keluar dari pandemi, nasib berbeda justru dialami Rusia. Angka penularan di Negeri Beruang Merah itu justru sedang tinggi-tingginya. The Washington Post melaporkan bahwa angka penularan harian lebih tinggi 70 persen dibandingkan pada bulan lalu.
Sabtu (16/10) angka kematian akibat Covid-19 di Rusia mencapai 1.002 jiwa. Itu kali pertama sejak pandemi angka kematian di Rusia lebih dari seribu. Kemarin angka tersebut turun menjadi 999 jiwa dan penularan baru mencapai 34.303 kasus.
Penyebab lonjakan itu bukan hanya varian Delta. Tapi juga akibat banyaknya penduduk yang tak mau divaksin. Angka vaksinasi di negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut masih rendah. Baru 43 juta penduduk Rusia yang sudah divaksin lengkap. Itu setara dengan 29 persen dari 146 juta penduduknya.
Demi mempercepat angka vaksinasi, pemerintah melakukan berbagai cara. Mulai menggelar undian hingga memberikan bonus dan berbagai insentif lainnya. Meski lonjakan penularan tinggi, Rusia tidak mau lagi menerapkan lockdown nasional seperti awal pandemi. Saat itu perekonomian terpukul dan popularitas Putin turun drastis. Negara kini menyerahkan keputusan kepada pemerintah daerah masing-masing.(jphg/afp/jawapos)
Sumber: www.sumeks.co
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: