Sahabat Mudaku
: Muhammad Chudori
Sahabat mudaku,
dari muda kita bersahabat
Bersama menorehkan pena pada
halaman-halaman sunyi, hingga
senja kita mulai merapat
Dua tiga dua belas enam-enam adalah
penanggalanmu yang terpaut enam
belas hari kudahului pekikan di bumi
Dari jurnalisme stensil hingga reportase digital, sudah kita lalui
Entah kapan di antara kita mendahului janji keabadian, menyudahi catatan kegelisahan sang jurnalis tiga zaman
Menyudahi semua potret bisu yang katamu bisa bicara
Sunggguh, aku ingin potret-potret Geopark bukanlah yang terakhir memenuhi dinding gedung-gedung
Masih ada, masih ada angle lain yang merindukan lensamu
Tetapi aku tahu betapa jemari itu kian lemah, tak lagi kuat menopang alat-alat kesayanganmu dulu
Kusimpan rasa sedihku dalam riang tawamu, meski ada sesuatu yang terus menggerogoti tubuhmu
Sahabat mudaku,
aku ingin kau seperti burung merak mengepakkan sayapnya yang indah, menyapa tiap fajar hingga zikir mengeringi bibirmu.
(Puisi ini saya dedikasikan untuk sahabatku Sakti Alam Watir yang berulang tahun ke 55 tanggal 23/12/2021).
Tambaksari, 15122021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: