>

DISWAY: Langkah Kuda

DISWAY: Langkah Kuda

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 19 Januari 2022

INI bukan gunung kembar, melainkan bernama Olat Maras – artinya: bukit kebahagiaan, dalam bahasa Sumbawa. Di puncak bukit itu tertulis tiga huruf kapital: UTS – yang karena ketinggiannya masih terasa kecil. Di bawah bukit itu berdiri Universitas Teknologi Sumbawa.

Sekarang siswanya 5.000 orang – 29 di antaranya dari 29 negara. Ini kali kedua saya ke UTS – Minggu malam dan Senin pagi. Itu berarti saya belum pernah ke kampus itu selama 13 tahun. Padahal saya ke Sumbawa hampir setiap dua tahun sekali.

Tentu saja UTS telah banyak berubah. Termasuk sudah memiliki 26 prodi. Lima di antaranya di bidang teknik: metalurgi, kelistrikan, permesinan, sipil, dan informatika.

Tentu bersejarah: Sumbawa punya universitas seperti itu. Saya juga bertemu dengan pendiri malam itu: Dr Zul. Asli Sumbawa. Usia 48 tahun. Punya banyak kuda: kuda pacuan. Hingga lebih dari 300 ekor. Ini juga memiliki arena balap sendiri.

Hobi kuda diwarisi dari orang tuanya. Kemudian dia mengembangkannya. Kampus UTS juga berada di atas tanah peninggalan orang tuanya: luasnya 600 hektar. Namun, dia menambahkan hektar baru.

Saat kelas 3 SMAN 1 Sumbawa Dr Zul berangkat ke Australia: tamat SMA disana. Kemudian ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ini sudah berakhir. Lebih dari itu, ia menjadi aktivis mahasiswa di UI: hingga menjadi ketua Senat Mahasiswa UI – setelah nama OSIS dianggap sensitif.

Dari UI, Zul hingga Glasgow, Skotlandia. Magister ekonomi ia dapatkan dari sana. Kemudian melanjutkan ke S3 di Glasgow juga: doktor di bidang ekonomi. Tujuh tahun Zul di Glasgow.

Namun bukan hanya karena lama berada di negara Kristen yang menjadikan Dr Zul salah satu orang paling moderat di PKS -Partai Keadilan Sejahtera. “Hal yang paling mewarnai sikap moderat saya adalah saat menjadi ketua senat mahasiswa UI,” ujarnya. “UI sangat beragam. Saya harus menampung begitu banyak aspirasi mahasiswa kulit berwarna di UI,” tambahnya.

Bahwa ia memilih untuk mendirikan universitas di kota kelahirannya, selaras dengan sikapnya. “Hanya pendidikan yang bisa membuat sikap ekstrim menjadi moderat,” katanya.

Bahwa universitas itu didirikan di pulau kecil dan di kota kecil Sumbawa, Dr Zul punya teori sendiri. “Di Sumbawa banyak benih orang pintar. Banyak yang seperti Fahri Hamzah,” candanya.

Lebih serius lagi, dia ingin membangun Indonesia, melalui Sumbawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: