Koh Hay Sang X-Men
Oleh: Azrul Ananda
Wednesday, 19 Januari 2022
KOH Hay usianya sudah 73 tahun. Sejak 2021 lalu, beliau seharusnya menjalani operasi lutut. Total knee replacement. Tapi orang yang satu ini memang anggota X-Men asli. Dia malah ikut event-event gowes. Bahkan baru saja gowes 1.100 km dalam seminggu, termasuk gowes Surabaya-Bali pulang-pergi.
Koh Hay memang legenda asli dunia sepeda Indonesia. Partner podcast saya di Mainsepeda, Johnny Ray, menyebutnya sebagai \"Pusaka Surabaya.\"
Orang-orang gowes Surabaya --bahkan mungkin Indonesia-- sudah lama kenal Koh Hay, yang nama lengkapnya Go Suhartono. Semua pasti salut dan kagum dengan beliau. Tidak takut diajak gowes ke mana pun, dengan rute apa pun, dengan kondisi jalan dan cuaca bagaimana pun.
Bukan hanya tidak takut ikut, Koh Hay ini kuatnya minta ampun. Jujur, dalam kondisi saya sekarang, kalau menanjak saya mungkin imbang --atau kalah-- dari Koh Hay.
Dalam lima tahun terakhir, seiring bertambah usia dan berat badan (wkwkwkwk), sangat sulit bagi saya untuk menjaga konsistensi dan performa. Sementara dalam lima tahun terakhir, Koh Hay kayaknya kok selalu konsisten sama. Padahal, dalam lima tahun ini, saya beralih dari kepala tiga ke kepala empat, sedangkan Koh Hay dari kepala enam ke kepala tujuh!
Pengalaman saya paling seru adalah di awal 2018. Waktu itu, saya dan beberapa teman niat gowes bikepacking dari Surabaya ke Labuan Bajo. Tepatnya sampai Pelabuhan Sape di ujung Sumbawa, lalu naik kapal ke Labuan Bajo.
Selama lima hari, kami gowes membawa baju dan perlengkapan di atas sepeda. Tanpa pengawalan, hanya boleh keluar uang Rp 2 juta. Menginap di losmen atau hotel-hotel murah yang dilalui di jalan. Total jarak nyaris 1.000 km (tepatnya 990 km) itu kami jalani dengan relatif lancar. Padahal hampir 200 km sehari, melewati cuaca buruk, tanah longsor, dan lain-lain.
Koh Hay (kiri) saat mengikuti gowes dari Surabaya ke Labuan Bajo pada 2018.
Ada dua senior di rombongan itu. Koh Hay dan Pak Tonny Budianto, yang usianya 63 tahun. Dua orang ini tangguhnya minta ampun. Kebetulan pas di Situbondo, saya tidur satu kamar dengan keduanya. Saya yang muda mengalah, tidur di kasur tambahan di lantai, wkwkwk...
Selama perjalanan itu, Koh Hay menunjukkan disiplinnya. Tidur tidak kemalaman. Tidak mau makan gorengan. Tidak mau minum es. Walau sebenarnya dia makan apa saja tidak takut. Kalau kita ada yang masalah dan tercecer, Koh Hay dengan sabar menemani. Ketika Koh Hay duluan sampai di tanjakan, dia berdiri di pinggir jalan dan menawarkan pisang kepada kami yang baru sampai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: