DISWAY: Gus Margiono
Kami tidak mau bertengkar.
Saya pun minta pendapat Margiono. \"Kita mengalah saja. Harian Merdeka yang sudah sangat maju ini kita serahkan sepenuhnya kembali ke mereka. Termasuk deposito,\" ujar Margiono.
\"Lalu?\"
“Kami semua akan berhenti dari Merdeka. Bos bikinkan kami koran baru lagi, yang milik kita sepenuhnya,\" ujarnya.
\"Apakah semua karyawan ikut Anda ke koran baru?\" tanya saya.
\"Paling, yang karyawan lama yang tidak ikut,\" jawabnya.
\"Nama koran baru nanti apa?\" tanya saya.
\"Harus ada kata \'\'merdeka\'\' nya,\" jawabnya.
\"Tidak dikira ndompleng ketenaran Merdeka?\" tanya saya.
\"Kan ada juga koran lain yang pakai nama merdeka,\" jawabnya. Saya pun tahu yang ia maksud: harian Suara Merdeka, di Semarang.
\"Kalau begitu, beri saja nama Rakyat Merdeka,\" kata saya.
Margiono pun setuju.
Lahirlah Rakyat Merdeka. Ternyata tidak hanya karyawan baru yang ikut Margiono. Pun seluruh karyawan lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: