Pentingnya Literasi Digital Bagi Mahasiswa Milenial

Pentingnya Literasi Digital Bagi Mahasiswa Milenial

Oleh: SEPRIANO, M.Kom

Dosen Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sutha Jambi

 Dalam menghadapi tantangan dunia digital masyarakat dituntut mampu untuk memanfaatkan teknologi, tidak dapat dipungkiri dimana penggunaan teknologi membawa banyak perubahan dan perkembangan diberbagai bidang. Tidak heran jika banyak orang yang memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan teknologi dengan baik dapat memudahkan pekerjaan bagi manusia, akan tetapi agar teknologi tersebut dapat digunakan secara optimal dan sebaik mungkin akan lebih baik jika kita mengetahui cara menggunakan teknologi yang tepat. Hanya saja, kemudahan dalam Teknologi akan tetap memiliki dua sisi mata uang. Satu sisi membawa peranan yang positif. Namun, di sisi lain juga ada dampak negatif yang perlu dicermati dengan seksama.

Sebagai generasi penerus bangsa serta agen perubahan, Mahasiswa memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan dan berpartisipasi untuk menyelesaikan tantangan persoalan dalam bidang sosial dan lingkungan khususnya di era digital saat ini. Tantangan utama Mahasiswa dalam perkembangan digital adalah untuk tidak hanyut dan menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi. Selain itu, Mahasiswa berperan penting sebagai subjek pembangunan dan menjadi agen perubahan untuk lingkungannya, melalui partisipasi aktif pemuda dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam Mengatakan “Mahasiswa harus mempunyai ruang yang luas untuk memperkaya kompetensi sesuai dengan cita-cita, passion, serta bakat yang dimilikinya. Jangan sampai mahasiswa terjebak dalam suatu program studi yang tidak memberikan ruang bagi mahasiswa, selama masa pandemi ini terdapat suatu kondisi umum di era revolusi industri 4.0 yaitu kondisi yang sangat tidak menentu dan serba tidak pasti. Dalam menghadapi hal tersebut, terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa dan perguruan tinggi yaitu kompetensi untuk beradaptasi dengan berbagai macam perubahan yang terjadi sangat cepat” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Regional, Asia Tenggara & Pasifik Cambridge International, Ben Schmidt menerangkan penerapan teknologi dalam proses belajar mengisyaratkan peluang untuk inovasi dan kreativitas dalam praktik pembelajaran. \"Ketika mahasiswa Indonesia melanjutkan perjalanan mereka sebagai pemikir, inovator, dan pemimpin masa depan, integrasi teknologi yang lebih untuk mendukung pembelajaran mereka akan membantu mempersiapkan mereka untuk bersaing di pasar global yang berkembang\" ujar Ben.

Pemerintah melaui Kominfo mengajak mahasiswa untuk meningkatkan literasi digital sekaligus memanfaatkan media sosial secara bijak. Dalam mengurangi potensi konten negatif, Pemerintah tidak bisa sendiri dalam menanggulangi banyaknya konten-konten negatif, namun bersama lapisan masyarakat, terutama mahasiswa dalam memberikan pemahaman terhadap literasi digital. Gerakan SiberKreasi untuk meningkatkan literasi digital. Melalui SiberKreasi, semua yang bergabung secara reguler berkumpul untuk ingatkan menghindari konten negatif di dunia maya, upaya yang paling konkrit hanya dengan gerakan literasi digital kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak terjerumus atau termakan konten negatif.

Menurut UNESCO pada tahun 2011, Literasi digital adalah kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital, kemudian pemahaman paradigma literasi tidak hanya membaca dan bahan bacaan bukan hanya manual, melainkan juga digital. Literasi tidak sekadar membaca dan menulis, namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan berbentuk  cetak, visual, digital, dan auditori.

Namun pada kenyataanya Literasi Digital tentu memiliki  tantangan tersendiri dalam proses perjalanannya, seperti arus informasi yang banyak, artinya masyarakat terlalu banyak menerima informasi di saat yang bersamaan. Dalam hal inilah literasi digital berperan, yakni untuk mencari, menemukan, memilah serta memahami informasi yang benar dan tepat, tantangan berikutnya seperti sudah disinggung pada paragraph diatas adalah maraknya konten-konten negative yang juga menjadi salah satu tantangan era literasi digital. Contohnya konten pornografi, isu SARA dan lainnya. Kemampuan individu dalam mengakses internet, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, harus dibarengi dengan literasi digital. Sehingga individu bisa mengetahui, mana konten yang positif dan bermafaat serta mana konten negatif.

Ini artinya peran mahasiswa milenial sangat penting dalam mengadaptasi setiap perubahan-perubahan di era digital saat ini, bukan hanya untuk diri mahasiswa itu sendiri namun juga mampu untuk mendistribusikan setiap kecakapan digital yang dimilikinya kemudian mampu membawa ke tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari kalimat yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah bahagian dari agen perubahan sosial mayarakat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: