DISWAY: Muara Yusuf
Ayah kandung Yusuf sendiri seorang pedagang kecil di Dumai. Sang ayah menyekolahkan anaknya itu ke Sekolah Menengah Usaha Perikanan di Dumai. Begitu tamat Yusuf jadi awak kapal. Milik asing. Jurusan Guam di Samudera Pasifik. Sampai dua tahun Yusuf di sana.
Setelah punya sedikit tabungan Yusuf pindah ke Jakarta. Usaha kecil-kecilan. Gagal. Bangkit lagi. Gagal lagi. Lalu jadi sopir truk tadi.
Juragannya itulah yang menyarankan Yusuf mulai dagang lagi. Dagang ikan. Beli ikan di Muara Baru, dijual di pasar-pasar kampung. Mulailah ia jual beli ikan. Kian lama kian besar. Pinjaman yang diberikan Lukas pun bisa ia lunasi. Lukas masih sempat melihat Yusuf berkembang menjadi pengusaha besar. Lukas juga sempat tahu Yusuf sudah punya begitu banyak pabrik ikan. Juga sempat tahu Yusuf sampai punya enam kapal.
Setelah Lukas meninggal dunia Yusuf tetap menjalin hubungan keluarga dengan anak-anaknya.
Kini Yusuf membina pengusaha kecil ikan di kampung-kampung. Jumlah mereka sudah mencapai 60.000 orang. Itulah mereka yang membuat ikan pindang di rumah masing-masing. Yusuf yang memasok ikan ke para pemindang itu: ikan layang, tongkol, cakalang, dan salem.
Ikan kecil-kecil itulah yang dimasuk-masukkan ke besek bambu. Besek yang sudah berisi ikan itu lantas dimasukkan ke air mendidih yang sudah berbumbu. Jadilah ikan pindang siap jual.
Pemindang itu tergabung dalam Koperasi Komira. Komira adalah nama perusahaan milik Yusuf: PT Komira Group.
Komira memang menangkap banyak sekali ikan layang. Terutama ikan layang muroaji. Tujuan utamanya bukan untuk dipindang, melainkan untuk ekspor ke Taiwan dan Korea.
Diapakankah ikan itu di sana?
“Untuk umpan memancing tuna besar,\" ujar Yusuf.
Pancingnya tentu bukan seperti pancing di kolam ikan. Pancing di lautan ini diikatkan ke kapal. Tali pancingnya bercabang-cabang. Satu rangkaian tali pancing punya 5.000 mata pancing. Berarti perlu 5.000 umpan kiriman dari Yusuf.
Yusuf tidak hanya ekspor. Untuk ikan-ikan tertentu Yusuf justru impor. Misalnya ikan salmon untuk disajikan sebagai sashimi di resto-resto Jepang di Indonesia. Juga ikan yang diperlukan pabrik-pabrik sarden dalam kaleng. Indonesia sudah kekurangan ikan untuk bahan baku sarden ini.
Di tengah lautan pengusaha besar Tionghoa di Muara Baru ternyata masih ada satu orang Dumai bernama Yusuf Ramli. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: