Gemar Main Catur , Bercita-cita Jadi Guru Agama

Gemar Main Catur , Bercita-cita Jadi Guru Agama

JAMBI-Catur, olahraga ini sangat jarang dilakukan oleh perempuan, namun tidak bagi cewek bernama lengkap Jingga Dwi Meisy siswi SMAN 1 Batanghari. Bagi Jingga catur adalah olahraga menyenangkan. Sejak duduk di bangku SD Jingga memang telah akrab dengan dunia catur, ia telah pula mengikuti berbagai pertandingan dalam beberapa kompetisi.

“Setelah tamat SD saya memilih menempuh pendidikan di pondok pesantren, sempat terhenti dan fokus menempuh pendidikan, namun sejak SMA saya mulai rajin lagi main,” ujar penyuka travelling ini. Di rumah ia sering berhadapan dengan ayahnya untuk sekedar adu kemampuan dan asah otak. “Catur itu seru, mengolah daya pikir kita dan mengasah otak banget,” lanjut gadis kelahiran Muara Bulian, 07-Mei-2006 ini.

Saat ditanya siapa orang pertamakali yang mendorong ia bermain catur? Ternyata gurunya di sekolah. Ketika itu guru meminta ia ikut kompetisi, meski sempat ragu sama kemampuan diri sendiri namun Jingga didukung oleh gurunya dan itu membuat ia yakin dan percaya diri dan disupport pula oleh kedua orangtua.

Meski gemar main catur, ternyata Jingga punya cita-cita mulia lain, yaitu menjadi guru bahasa Arab dan hafizah. “Karena menurut saya kemampuan saya adalah dalam bidang bahasa Arab dan hafalan/bacaan Al-Qur\'an, karena orang tua saya memiliki harapan yang sama dengan impian saya. Saya sedang berusaha belajar dengan giat dan tekun dalam mengejar impian saya,” lanjut Jingga. Guna bisa mewujudkan citanya, Jingga telah memperkuat niatnya, yakin bahwa saya akan sukses, dalam bidang apa saja nanti ke depannya. “Karena kata orangtua saya, niatkan dulu bisa sukses, itu terpenting, kemudian usaha dan doa, soal bagaimana hasilnya, itu nanti biar Allah yang menentukan yang terbaik untuk kita,” lanjutnya lagi.

Bicara soal cita-cita, ternyata Jingga menyukai pelajaran Agama dan Bahasa. “Mungkin sesuai dengan cita-cita saya ya, rasanya asyik aja kalo sudah mempelajari agama dan bahasa,” ujarnya. Ia juga pernah mengikuti lomba Hifzil 1 Juz. Lantas bagaimana dengan pergaulannya dengan para sahabat? Jingga beruntung orangtuanya tidak melarang ia berteman dengan siapa saja selagi positif. “Pernah juga ada cerita lucu, saya pergi keluar malam sampai di marahin sama orang tua, bermain sampai lupa waktu, saking asyiknya berbagi cerita, bercanda dan tertawa, ya akhirnya kena marah bersama, dan ditutup dengan makan bersama,” lanjutnya lagi. Ia berharap bersama teman-teman yang lain ia bisa sukses di masa depan. (dpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: