JAMBI - Pandemi telah mengubah banyak hal, salah satunya adalah semakin ketergantungan dengan internet. Bahkan dalam proses belajar di sekolah, kebanyakan pelajar mematok pembelajaran mereka terhadap internet. Demikian dikatakan Aselania, Siswi SMAN 7 Sarolagun kepada Jambi Ekspres. Sudah sangat sedikit pelajar yang mau menggali materi pelajaran melalui buku di perpustakaan. Selain butuh waktu khusus, membaca buku kini dianggap sebagian pelajar, terlalu membuang waktu.
“Zaman sekarang banyak yang susah mengerti kalimat yang panjang , sejak ketergantungan dengan internet, telah lahir generasi tidak sabaran, maunya yang praktis, simple, cepat selesai, cepat bertemu masalah dan cepat menemukan jawaban,” tambah gadis kelahiran 13 Agustus 2005 ini.
Meski tidak semua demikian, pengaruh fasilitas yang disuguhkan internet, diakui Asel telah membuat kebanyakan generasi muda semakin tak mau bersusah payah membaca ulang buku pelajaran atau mencari jalan keluar melalui buku di perpustakaan. “Akhirnya akan keluar kalimat, ngapain susah-susah, buka aja google, cek aja di internet, kan ujungnya begitu” lanjut Pemenang medali perak Liga Olimpiade Tikom ini.
Lantas bagaimana bisa sembuh dari penyakit Tidak Sabaran ini? Asel mengatakan ada dua hal. Pertama adalah dari diri sendiri. “Kalo kita sadar kok kita mulai ketergantungan dengan internet, mulai apa apa pengen cepat selesai, malas membaca, hal pertama yang dilakukan adalah mulai rajin membaca,” ujarnya. Membaca bisa bersumber dari mana saja, bisa membaca cerpen, cerita lucu atau bacaan menyenangkan lainnya.
“Memupuk kembali minat baca itu pasti berat, memegang kembali buku, rasanya itu juga aneh saat kita mulai biasa memegang ponsel, tapi ya harus dipaksa,” lanjutnya.
Dipaksa artinya, menambah rutinitas baru, minimal membuat jadwal membaca buku, majalah, koran satu jam saja sehari. Setiap minggu dibuat peningkatan, misal malam hari 1 jam, siang 30 menit, dan seterusnya, tambah Asel. “Karena manfaat membaca itu ngga hanya untuk menambah ilmu pengetahuan, namun juga bisa melatih kesabaran, mencerna kalimat, kata demi kata,” lanjut gadis yang gemar membaca ini. Waktu membaca juga bisa ditambah melalui ponsel, misal pagi dan malam membaca hardcopy, siang bisa menyisihkan waktu membaca berita-berita online di internet, namun untuk lebih baiknya, rutinitas membaca hard copy itu wajib, agar ketergantungan kita dengan ponsel juga makin berkurang,” lanjutnya.
Hal kedua yang bisa dilakukan adalah mendapat dukungan dari sekolah terutama guru. Sekolah bisa memperbanyak tugas praktek. Dengan praktek mengharuskan siswa banyak bekerja dan sedikit main handphone “Guru bisa memberikan materi lalu diakhiri dengan tugas praktek, hal ini mengharuskan siswa membuat suatu barang atau berkarya atau juga bisa memperlihatkan sebuah film pendek yang animasinya menarik perhatian dan butuh kosentrasi,” lanjut finalis NSEC ini.
Asel sendiri berharap ia dan teman-temannya yang lain bisa kembali memasuki masa belajar normal seperti dulu, dimana waktu mendapat materi di kelas lebih banyak dibanding waktu bermain handphone. “Hanya sajadengan keadaan sekarang, tentu harus diri kita yang juga harus kuat, melawan pengaruh zaman dan fokus pada cita-cita dan belajar sungguh-sungguh,” ujar gadis yang bercita-cita menjadi ahli psychiater ini menutup wawancara. (dpc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: