Bisa Umrahkan Ibu, Pemuda Jambi Jangan Takut Seleksi di Luar
Nama Andika Kurniawan tak asing lagi di telinga pecinta bola Jambi. Ia menjadi satu-satunya orang Jambi yang mentas di kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Perjuangan Andika tak instans ia memulai semuanya dari nol. Berkat modal kelihaian olah bola dan mental baja.
ANDRI BRILLIANT AVOLDA, Jambi
Andika mulai mewujudkan kecintaan terhadap sepakbola sejak SD, ia bergabung dengan salah satu Sekolah Sepak Bola di Kota Jambi. Karena ketekunan dan terampil dalam olah bola, pada 2013 saat bersekolah di SMAN 6 Kota Jambi ia menerima tawaran dari salah seorang kenalannya di Kota Jambi bernama Ade Lubis untuk bersekolah di SMA Yogyakarta demi serius membangun kariernya di dunia si kulit bundar. “Beliau menilai saya punya prospek bagus , saya dipindahin ke Yogyakarta, dia memahami kondisi saya, dan bilang kamu bawa badan saja dan serius berlatih disana,” ucap suami dari Elsa Aprilianti ini.
Gayung bersambut, bakatnya dilihat oleh PSIM Yogyakarta pada 2014 yang menjadi klub professional perdananya. Namun sempat terhenti pada tahun 2015 lantaran PSSI dibekukan karena masalah dualisme.
Ia sempat pulang ke Kota Jambi, dan sempat menjadi pegawai honorer di Pemkot Jambi pada tahun 2015 sembari ikut membela Jambi di Liga 3. Kariernya berlanjut pada 2016, ia kembali ke PSIM. Lalu setahun berselang ia pindah ke Lampung Sakti di Liga 2 hingga menembus 16 besar. Kemudian ia juga sempat memperkuat Cilegon FC pada tahun 2017 ini.
“Panjang karier saya bang, tak ada yang instan, Seperti posisi saya dari Gelandang, Bek Kiri hingga kini dinilai oleh pelatih cocok di Bek Tengah,” ucap pria kelahiran 23 April 1995 ini.
Kemudian pada 2018 ia diboyong PSPS Pekanbaru di Liga 2. Namun karena adanya masalah gaji yang tak dibayar 3 bulan, pria penyuka nomor 13 ini pindah ke Persiraja Banda Aceh. Disini kariernya melesat, ia dipercaya sebagai kapten kesebelasan dan membawa tim ujung pulau Sumatera ini promosi ke Liga 1.
Karena performanya yang menonjol, ia direkrut Borneo FC pada 2020 untuk mengisi barisan belakang tim asal Kalimantan Timur ini. Tahun selanjutnya kompetisi sempat vakum lantaran pandemic Covid-19 dan berlanjut pada tahun 2021. “Pada Liga 1 edisi terbaru saat ini saya paruh musim dipinjamkan ke klub lama Persiraja Banda Aceh. Dan insyaallah musim depan kembali ke tim Pesut Etam (julukan Borneo FC) yang nantinya akan diatur dengan kontrak ulang, karena kontrak terakhir dengan Borneo hingga 2023,” sebutnya.
Begitulah sekelumit perjalanan Andika menjejali dunia bola di kancah nasional. Ia bisa disebut bermental baja, karena berani konsisten dan terus gigih berlatih di tim manapun yang dibela. “Tujuan utama saya main bola banggakan orang tua, dan setiap ada pembicaraan pindah klub saya selalu mendiskusikannya dengan ibu,” ucapnya.
Soal suka duka, pria yang akrab dengan akromin AK13 ini menyebut sudah tak terhitung. Mulai dari duka ia sempat tak digaji PSPS selama 3 bulan. “Namun hikmahnya gaji saya tetap dibayar walaupun telat, dan Alhamdulillah dari gaji ini bisa Umrahkan ibu, kedepan saya tentu akan berusaha berikan yang terbaik lagi untuk beliau,” ucap bungsu dari 6 bersaudara ini.
Untuk suka, ia menyebut senang bermain dikasta tertinggi dan bisa memotivasi anak-anak Jambi untuk berani mengambil kesempatan bermain di kancah nasional. Karena bagi Andika, skill anak Jambi tak kalah dengan daerah lain. Hanya persoalan peluang, momen dan keberanian seleksi di daerah luar yang harus diterobos. “Memang tak bisa menunggu event tahunan di Jambi , saran saya bagi pemain jika telah mendapatkan gaji dari Gubernur Cup tak ada salahnya ikut seleksi di klub luar. Saya yakni skil dan mental anak Jambi kuat. Berani coba intinya,” akunya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: