DISWAY: Taktik Filibuster

DISWAY: Taktik Filibuster

Oleh: Dahlan Iskan

Senin, 11 April 2022

 

RAKYAT masih bicara kenaikan harga, politisi sudah bicara kenaikan suara. Pakistan contoh paling nyata saat ini –di samping Sri Lanka.

Karena kenaikan harga-harga menggila krisis politik ikut serta. Lebih gila.

Usaha apa pun kini dilakukan Perdana Menteri Imran Khan: agar tetap bertahan di kekuasaan. Pun setelah Mahkamah Agung di sana memutuskan: agar DPR kembali bersidang. Waktunya pun sudah diputuskan oleh lembaga hukum tertinggi Pakistan: paling lambat Sabtu pagi jam 10.30.

Acara sidang pleno DPR itu mestinya hanya satu: oposisi mengajukan mosi tidak percaya pada Perdana Menteri Imran Khan. Lalu dilakukan pemungutan suara. Kalau yang mendukung oposisi lebih dari 171 suara, perdana menteri harus turun takhta.

DPR pun taat: Ketua DPR membuka sidang tepat pukul 10.30. Acara pertama: pembacaan ayat-ayat Quran –ini prosedur tetap di negara Islam Pakistan. Acara berikutnya masih prosedur tetap: pembacaan doa.

Ketua DPR lantas menambahkan satu acara: memanjatkan doa bersama untuk seorang mantan anggota DPR yang meninggal dunia. Almarhumah jadi anggota DPR untuk memenuhi kuota keterwakilan wanita. Yakni dari partai PPP yang oposisi –partai almarhumah Benazir Bhutto.

Tambahan acara ini bisa diterima –toh yang didoakan tokoh oposisi.

Setelah doa selesai, pihak oposisi berharap pemungutan suara langsung dilakukan. Malam sebelumnya tokoh-tokoh oposisi memang sudah menghubungi partai pemerintah. Mereka masih komit untuk taat pada putusan Mahkamah Agung.

Rakyat sudah menunggu jalannya penghitungan suara. Balkon atas di ruang sidang itu penuh dengan tokoh-tokoh politik. Termasuk seorang wanita cantik berumur 49 tahun: Reham Khan. Dia ini \"Istri 10 bulan\" Imran Khan. Kawin bulan Januari 2015, cerai Oktober 2015.

Mereka itu menonton datangnya detik-detik terakhir kekuasaan Imran Khan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: