Dialog Sejarah di MPRJ, Tekankan Kolaborasi Museum dan Dunia Pendidikan

Senin 15-12-2025,05:08 WIB
Reporter : Bakar
Editor : Setya Novanto

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Museum Perjuangan Rakyat Jambi (MPRJ) kembali menjadi ruang diskusi dan refleksi sejarah melalui pelaksanaan Dialog Sejarah yang digelar pada Jumat malam (12/12). Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, guru, hingga akademisi, yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian sejarah dan pengembangan museum sebagai pusat edukasi.

BACA JUGA:Insiden Warnai SCP Belago 2025 di Zabaq Nasional Circuit, Pembalap Asal Sulsel Meninggal Dunia


Narasumber saat menyampaikan materi pada kegiatan dialog budaya--

Dialog sejarah ini bertujuan untuk menampung berbagai masukan dan gagasan dari peserta terkait arah pengembangan museum ke depan. Museum tidak hanya diposisikan sebagai tempat penyimpanan artefak, tetapi juga sebagai ruang belajar yang hidup dan relevan dengan kebutuhan zaman. Salah satu poin penting yang mengemuka adalah potensi museum sebagai objek penelitian, baik untuk kepentingan penyusunan skripsi, tesis, maupun karya ilmiah lainnya.

BACA JUGA:Jenazah Awhin Sanjaya Akan Diberangkatkan ke Sulsel Senin Pagi


Suasana dialog, saat peserta bertanya kepada narasumber--

Dalam kegiatan tersebut, hadir sejumlah narasumber yang kompeten di bidangnya. Dua sejarawan Jambi, Drs. Ujang Hariyadi dan Mudzakir, menyampaikan pandangan kritis mengenai posisi museum dalam pembelajaran sejarah saat ini. Keduanya menekankan bahwa museum memiliki kekayaan narasi sejarah lokal yang belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai sumber belajar kontekstual, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa.

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Geger Penemuan Mayat Laki-laki Tanpa Identitas di Pinggir Jalan


Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dialog budaya--

Ujang Hariyadi menyampaikan bahwa tantangan utama museum saat ini adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda agar gemar berkunjung dan memiliki rasa cinta terhadap museum. Menurutnya, pendekatan pembelajaran sejarah harus dikemas lebih menarik dan interaktif agar museum tidak lagi dipandang sebagai ruang yang kaku dan membosankan. “Museum harus mampu berbicara dengan bahasa generasi muda,” ujarnya.

BACA JUGA:Penemuan Mayat Laki-laki Tanpa Identitas di Pinggir Jalan, Warga:Awalnya Dia Lari- Lari & Teriak Minta Tolong

Hal senada disampaikan Mudzakir yang menyoroti pentingnya kolaborasi antara museum, sekolah, dan perguruan tinggi. Ia menilai bahwa keterlibatan guru dan dosen sangat strategis dalam mendorong pemanfaatan museum sebagai laboratorium sejarah dan budaya.

Turut hadir dalam dialog tersebut perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Ade Yudha selaku Kabid PNBS Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi, yang mewakili Kepala Disbudpar Provinsi Jambi, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya dialog sejarah ini. Ia menegaskan bahwa masukan dari peserta akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam upaya pengembangan museum agar lebih adaptif, edukatif, dan inklusif.

BACA JUGA:Jenazah Laki-laki Tanpa Identitas Dievakuasi ke RS Bhayangkara Jambi

Melalui dialog ini, Museum Perjuangan Rakyat Jambi diharapkan semakin berperan sebagai pusat edukasi sejarah, ruang penelitian, serta wadah interaksi publik yang mampu menumbuhkan kesadaran sejarah dan kecintaan terhadap warisan budaya daerah. (kar)

Kategori :