NORWEGIA, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Seiring meningkatnya konektivitas kendaraan, muncul kekhawatiran baru soal keamanan siber.
Di Norwegia, bus umum buatan produsen asal China menjadi sorotan karena diduga dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh pihak pembuatnya, bahkan hingga ribuan kilometer jauhnya.
BACA JUGA:Gubernur Riau Kena OTT KPK, Kantor Gubernur dan Rumah Dinas Sepi
Laman Carscoops, Senin (3/11), melaporkan temuan itu berasal dari Ruter, operator transportasi publik terbesar di Norwegia, yang menemukan potensi risiko keamanan tersebut saat melakukan uji coba rahasia di fasilitas tertutup miliknya.
BACA JUGA:Herlambang kembali ke Unja, Kadinkes Jabat Plt Direktur RSUD Mattaher
Dalam pengujian tersebut, Ruter membandingkan bus buatan Belanda dan bus asal China merek Yutong. Hasilnya, bus Yutong ditemukan memiliki kartu SIM asal Rumania yang tersembunyi di dalam sistemnya.
Yutong menjelaskan kartu SIM itu digunakan untuk pembaruan perangkat lunak jarak jauh dan pemecahan masalah teknis. Namun, koneksi ini secara teoritis juga memberi Yutong kemampuan untuk mematikan atau menonaktifkan bus melalui pembaruan perangkat lunak.
Meski begitu, Ruter menegaskan belum menemukan bukti adanya aktivitas berbahaya.
BACA JUGA:OTT Gubernur Riau, KPK Sudah Tangkap 10 Orang
Uji coba itu merupakan bagian dari audit keamanan siber yang lebih luas untuk menilai risiko dan kerentanan kendaraan listrik.
CEO Ruter Bernt Reitan Jenssen menyebutkan lembaganya kini “beralih dari kekhawatiran menjadi tindakan nyata,” dengan memperketat standar pengadaan dan memastikan kendali penuh berada di pihak lokal, bukan pabrikan.
BACA JUGA:OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
Ruter kini membangun sistem firewall internal, memutus koneksi bus dari sistem cloud eksternal, dan bekerja sama dengan otoritas nasional untuk memperkuat keamanan siber di sektor transportasi.
Menteri Transportasi Norwegia Jon-Ivar Nygard memuji langkah tersebut dan menyatakan pemerintah sedang meninjau risiko dari pemasok luar negeri di luar aliansi keamanan Norwegia.
“Bersama pihak seperti Ruter, kami akan memastikan sektor ini lebih terlindungi dari risiko,” ujar Jon-Ivar dikutip dari Antara.