Puisi yang Menari: Antara Alih Wahana dan Pembunuhan Makna

Minggu 02-11-2025,05:55 WIB
Editor : Bakar

Jadi, apakah puisi perlu dialihwahanakan? Ya, sejauh alih wahana itu tidak membunuh maknanya. Alih wahana yang sadar dan konseptual justru menghidupkan puisi di ruang-ruang baru, memperluas cakrawala tafsirnya. Tetapi jika dilakukan tanpa kesadaran, ia bisa menjadi pembunuhan yang elegan, sebuah tari yang indah namun tanpa ruh, sementara puisi, yang seharusnya menjadi jantungnya, dibiarkan membeku di atas kertas.

Selama para penyair dan seniman terus bertanya, “sejauh mana kata bisa menari dan tubuh bisa berbicara tanpa kehilangan makna?”, selama itu pula puisi akan tetap hidup bergerak, berpindah, dan bereksperimen. Sebab di situlah letak keindahan sejati puisi: ia tumbuh dalam perubahan, tetapi tidak pernah selesai. (*)

*) Penulis adalah Owner dan Founder Anjungan Puisi Jambi

 

 

Kategori :