Hal tersebut ditegaskan pula dalam Surah Ali Imran ayat 97 yang menyebut bahwa kewajiban haji adalah bagian dari penghambaan sejati manusia kepada Allah SWT. Amirsyah menegaskan, pelaksanaan haji merupakan jalan untuk kembali pada jati diri dan nilai-nilai universal kemanusiaan: ibadah, solidaritas, dan ketakwaan.
“Bahkan bagian penting dari ibadah haji untuk melaksanakan perintah Allah, karena; pertama, melakukan wukuf di Arafah berdiam diri untuk mendekatkan diri kepada Allah; kedua, bagi umat Islam yang berada di luar Arafah melakukan Puasa Arafah; ketiga, Hari Raya Idul Adha merupakan momen yang sangat ditunggu oleh seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia untuk menyembelih hewan qurban diperuntukkan bagi fakir miskin sebagai tanggung jawab sosial (mas'uliyah ijtimaiyah),” ungkap Amirsyah.
Antara Arafah dan Mina
Transformasi nilai kemanusiaan juga tergambar dari pergerakan jemaah dari Arafah menuju Mina. Sejarawan Al Malki menyebutkan, Arafah memiliki makna historis sebagai tempat pertemuan Nabi Adam dan Hawa. "Dalam bahasa Arab, kata 'araf' berarti 'tahu'," kata Al Malki dalam pameran sejarah Arafah.
Dia menekankan pentingnya mengenal sejarah tempat-tempat suci dalam haji, sebagai pengingat bahwa ibadah ini adalah tentang kembali kepada jati diri manusia, menjalankan perintah Ilahi, dan berharap ridha-Nya.
Adapun “Mina” berasal dari kata “Al-Muna”, jamak dari “Omniah”, yang berarti “keinginan”. Menurut Al Malki, ketika Malaikat Jibril hendak meninggalkan Adam, ia memintanya untuk mengajukan permintaan—dan Adam pun menginginkan surga. Tempat ini juga dikenal sebagai lembah yang pernah dilalui oleh sekitar 70 nabi, termasuk tempat berlangsungnya peristiwa penting dalam kisah Nabi Ibrahim, ketika setan berusaha menggagalkan perintah penyembelihan Ismail.
Prof. Ali Yafie, mantan Ketua Umum MUI, pernah menyampaikan pentingnya kesadaran spiritual dalam ibadah haji. “Kita harus tahu diri, tahu menempatkan diri dan sadar diri.” Ungkapan ini sangat relevan, menurut Amirsyah, khususnya saat menjalani wukuf di Arafah, yang merupakan puncak ibadah haji.
“Simbol pelempar jumrah di Mina adalah bentuk perlawanan terhadap setan dalam diri manusia,” tegasnya.
Kini, jutaan jemaah haji dari seluruh dunia akan kembali menghidupkan nilai-nilai luhur ini, memaknai ibadah bukan hanya sebagai kewajiban, melainkan perjalanan spiritual untuk menumbuhkan kemanusiaan sejati.