Djoni banyak menjalankan fungsi analisis dan logika dalam menentukan saham yang akan diborong.
Terlebih dunia saham bagi Djoni bukan hal baru, ia telah masuk ke BEI sejak 2005 lalu. Saat itu masih belajar dan memulai dengan modal kecil. "Tentulah banyak uang sekolahnya. Semua usaha apapun pasti berawal dari kecil dan belajar juga," ujar Djoni.
Keputusan membeli saham pun diakuinya hasil analisa pribadi dengan cara bongkar pasang dari belasan saham emiten yg sudah ia miliki sebelumnya.
"Kebetulan naik ya berarti hokilah atas kenaikan harga saham di bursa, bagi saya jadinya heboh begini yg sangat tidak saya duga dan tidak terlintas dipikiran saya sama sekali bakal jadi begini," lanjutnya lagi.
Joni juga merasa akhir-akhir ini netizen terlalu berlebihan menilai dirinya dengan kepemilikan di atas 5 persen.
"Dari semua porto yang saya pegang tentu ada yg small, medium dan big cap. Karena hasil pengamatan saya terhadap porto ada emiten yg cuacanya mendung, sehingga saya alihkan sebagian emiten tersebut ke jenis small cap jadilah seperti sekarang (tembus 5% bahkan 17,5%) dan sesuai aturan OJK kan mesti lapor," lanjutnya lagi.
Saat ditanya sampai kapan ia akan menahan emitem yang ada, Djoni menjawab belum bisa memprediksi sampai kapan.
"Karena yang namanya saham itu mesti rajin analisa LK untuk fundamentalnya, termasuk harus rajin baca berita. Jika ada berita negatif, satu menit saja bisa merobah keputusan saya," lanjutnya.