Oleh : Mahyudi
Wow.....PKS terlihat sedang gamang. Di awali deklarasi Muhammad Sohibul Iman sebagai Cagub DKI, tak berselang lama di anulir dengan deklarasi Anies Baswedan - Sohibul Iman (AMAN).
Publik mengira ini sudah final, temyata terakhir keputusannya mendeklarasikan Anies Baswedan - Sohibul Iman (AMAN) di ralat juga hanya dalam tempo singkat.
Ambyar sudah gestur pemenang pemilu di DKI tahun 2024. Perolehan 18 kursi seakan tak ada artinya. PKS seakan tak berdaya menghadapi manuver dan tekanan politik dari eksternal.
Terutama PDIP dan PKB. Padahal sebelumnya Sekjend PKS Habib Aboe Bakar sangat optimis paket AMAN bakal di dukung oleh partai lain. Tapi faktanya PKS tergigit lidah, paket AMAN membuat parpol lain merasa tidak nyaman.
PDIP memang matang, hanya melalui statemen Chico Hakim soal poros ketiga PDIP - PKB, PKS limbung. Melalui jubirnya PDIP sedang mempertimbangkan membangun koalisi dengan PKB dan memunculkan poros baru selain poros PKS, KIM (baca; Golkar-Gerindra).
Lain lagi dengan PKB yang bereaksi keras atas paket AMAN. Wasekjen Syaiful Huda sampai mengatakan bahwa langkah memborong figur PKS adalah blunder dan berbahaya dalam mencari mitra koalisi.
Kerasnya reaksi PKB mungkin karena berhasrat juga mengusung mantan Capres berfrasa Perubahan Anies Baswedan di Pilkada DKI.
Kasihan Presiden PKS harus kembali tampil memberikan ralat ke publik terkait batalnya paket AMAN dan memberikan pengakuan bahwa PKS memang belum bisa secara mandiri mengusung paket AMAN. PKS memerlukan 4 kursi tambahan lagi dan membuka pintu koalisi dengan parpol lain.
Dalam situasi seperti ini, menurut pengamatan Penulis, komunikasi politik PKS ke calon mitra koalisi telah gagal total. PKS tidak berhasil meyakinkan calon mitra koalisi untuk mendukung 100% paket AMAN. Padahal ini sih soal negoisasi porsi kepentingan dalam koalisi.
Intinya semua pihak harus bisa tersenyum sumringah. Dan paket AMAN bisa berlayar. Namun sekarang semua pupus dan PKS seperti tak mampu memanfaatkan titel pemenang pemilu di Jakarta untuk menggaet 4 kursi tambahan. Sungguh di sayangkan.
Namun, satu hal yang menurut Penulis menarik terkait berubahnya sikap PKS terhadap paket AMAN. PKS menyerahkankan sepenuhnya kepada Sang Calon Marapulai (pengantin) Anies Baswedan calon pendampingnya.
PKS seakan pasrah dan meyakini bahwa Anies tidak akan melupakan PKS. Alangkah naifnya berpolitik PKS. Punya 18 kursi tapi tak bisa dapat benefit lebih. Apa para petinggi PKS lupa ya soal drama jatah wakil gubernur pengganti Sandiaga Uno? Anies kelihatan sama sekali tak berpihak ke PKS untuk mengamankan posisi wakil gubernur menjadi milik partai nomer urut 8 tersebut. PKS sepertinya sudah cukup puas dengan asosiasi Anies ber DNA PKS.
Dalam konteks pilkada, biasanya kandidatlah yang sibuk pontang panting cari perahu dukungan mengikuti kontestasi. Kandidat akan berharap cemas untuk mendapatkan selembar surat rekomendasi dukungan bertanda tangan ketum dan sekjend parpol.
Namun sepertinya kondisi tersebut tidak berlaku bagi sosok Anies. PKS tanpa syarat memberikan karpet merah buat Anies. Nah, disinilah letak anomalinya. Penulis menduga bahwa kerasnya sikap PKB dan matangnya manuver PDIP tidak berdiri sendiri. Bisa jadi ada campur tangan mantan Rektor Paramadina tersebut.