Mumpung ke Makkah, perbanyak ziarah. Salah satu yang wajib diziarahi adalah Gua Hira. Di gua yang berada di puncak Jabal Nur itulah untuk pertama kali Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.
--
Azan Subuh berkumandang saat tim Media Center Haji (MCH) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mencapai puncak Jabal Nur. Gunung batu itu berada di 634 meter di atas permukaan air laut.
Panasnya kota Makkah membuat tim MCH memutuskan untuk mendaki Jabal Nur pada dini hari.
Butuh waktu 1 jam lebih dari pos 1 ke puncak gunung cahaya. Butuh fisik yang prima dan mental yang kuat untuk menaklukkan Jabal Nur. Ada 1.420 anak tangga yang harus dinaiki. Memandang ke puncak Jabal Nur, hanya kerlip lampu senter yang terlihat. Namun melihat beberapa pengunjung lansia tetap bersemangat naik, rasanya tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan pendakian.
Dari puncak Jabal Nur, Gua Hira sudah terlihat. Harus turun dulu meniti tangga batu sekitar 20 meter. Dari puncak Jabal Nur itu terlihat orang-orang berebut untuk salat di dalam gua. Tim MCH salat Subuh berjamaah di puncak Jabal Nur. Menghadap ke Menara Jam atau yang dikenal dengan sebutan Zam-Zam Tower yang berhias lampu indah.
Setelah menuruni anak tangga yang curam sekitar 15 meter, ada dua pilihan jalan menuju gua. Naik ke atas gua lebih dulu atau menyelip di antara celah batu yang hanya cukup untuk satu orang dewasa. Banyak yang memilih melewati celah batu karena lebih landai.
Di dalam celah batu itu ada dua cabang jalan lagi. Lewat celah yang lebih sempit atau naik ke atas batu setinggi 1 meter. Yang punya perut besar lebih memilih menaiki batu. Pintu besar ini lebih sering dilewati terlihat dari permukaan batu yang licin dan mengilap.
Setelah berhasil melewati celah batu itu, sampailah kita di mulut gua. Ada ruang terbuka yang cukup untuk 15 orang. Dari ruang terbuka ini kita bisa melihat menara Masjidilharam yang berjarak 4 kilometer. Juga bisa melihat jam Makkah. Seluruh penjuru mata angin kota Makkah bisa kita lihat dari sini. Di utara ruang terbuka itu terdapat ceruk sedalam sekitar 4 meter lebar 1,5 meter.
Ceruk itu menjadi semacam mihrab yang tepat menghadap ke Masjidilharam. Itulah gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya.
Di dalam ceruk kecil itu ada sajadah membentang. Milik orang seorang Pakistan yang berada di sana. Ia meminjamkan sajadah untuk orang yang akan salat di dlam gua. Sambil mengatur antrean. Tentu dengan harapan orang-orang yang memakai sajadahnya memberinya tips.
Di samping sajadah itu ada batu rata yang bisa digunakan juga untuk salat sambil duduk. "Cepat, cepat!" kata Abdurrahman, orang Pakistan itu sambil memukul-mukulkan botol plastik air kemasan ke batu. Karena yang mengantre bukan hanya orang Indonesia saja, tentunya mereka tidak paham yang dikatakan Abdurrahman.
Usai salat di Gua Hira, jamaah menciumi baru hitam prismatik yang menjadi dinding ceruk. Batu hitam itu pun nampak mengkilat. Batu-batu hitam berbilah ramping berbentuk berlian pada penampang melintang itu memang saksi bisu ketika Nabi SAW menerima wahyu. Tim MCH salat sunnah syuruq bergantian di Gua Hira.
"Bacalah!" dan cahaya firman pun berpendar ke seluruh semesta. Hira berarti berlian. Dia bertengger di puncak Jabal Nur (Gunung Cahaya). "Permata yang memancarkan cahaya wahyu Alquran terhadap semesta alam sepanjang zaman," kata Aswadi Syuhada, guru besar Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya yang menjadi pembimbing ibadah jamaah haji Indonesia.
Turun dari Gu Hira terasa lebih cepat. Hanya perlu waktu 30-45 menit. Kalau dilihat dari smart watch, jarak dari pos 1 ke Gua Hira sekitar 2,5 km. Bukitnya yang berbentuk seperti punuk unta itu tingginya 200 meter.