JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID-Banjir yang mengepung Kabupaten Kerinci makin menjadi-jadi. Seiring dengan belum berhentinya hujan yang berpotensi menambah krodit daerah banjir.
Ternyata salah satu sebab banjir ini tak lain tak bukan disebabkan penggundulan hutan sehingga tak ada resapan air ke tanah, berdampak air langsung ke sungai dan danau.
Diperparah dengan mandeknya air keluar dari Kabupaten Kerinci sebagai daerah hulu Sungai Batang Merao dan Batang Merangin. Untuk itu Pemda perlu mengecek simpul air jika ada yang tersumbat. Alias yang bisa dilakukan sebagai Solusi keluar adalah memastikan air dari Danau Kerinci dan Batang Merangin tak terhalangi.
“Yang perlu dicek adalah simpul-simpul mandeknya air sepanjang Batang Merangin, sehingga aliran air akan lancar menuju arah hilir Sungai Batang Merangin. Itu nanti ditandai dengan banjir Pulau Sangkar surut dan imbasnya debit air danau juga turun dengan sendirinya,” ucap Dosen Teknik Geologi Universitas Gajah Mada (UGM) asal Kerinci, Akmaludin (14/1).
Selain itu, pria asal Semerah, Tanah Cogok itu mengungkapkan ada solusi lainnya, namum memerlukan biaya mahal yakni Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Karena saat ini kontrol utama penyebab banjir adalah hujan, dan diperkirakan seminggu ke depan masih diguyur hujan deras.
“Yang artinya debit air yang masuk ke Danau Kerinci cukup banyak, dan ini tantangan paling besar, maka saya usulkan segera tetapkan bencana Provinsi atau nasional sehingga bisa diajukan ke BMKG untuk TMC. Hujan nanti dialihkan tidak lagi di Kerinci. Ini jadi penting karena jangan sampai hujan makin lebat dan memperparah keadaan,” akunya.
Untuk penyebab banjir ini, Akmaludin tegas mengatakan imbas dari kegiatan yang sudah lama dilakukan seperti utamanya penggundulan hutan yang menyebabkan air tak bisa cepat meresap.
“Semua air di permukaan tak ada yang meresap ke dalam hutan, larinya air semua ke sungai dan ke danau. Bayangkan air hujan tak tersimpan di hutan karena tak ada tanaman dan lari ke danau menampung banyak air,” ucapnya.
Akademisi UGM ini mengatakan dilihat dari kronologis banjir adalah meluapnya semua Sungai Batang Merao dan sungai lainnya di Kerinci. Yang diawali desa sepanjang sungai tergenang terlebih dahulu.
“Maka mulai dari Desa Debai, Tanah Kampung, Tanjung Karang yang tergenang dulu karena Batang Merao. Ketika sudah meluap maka air akan ke hilir lagi yakni ke Danau Kerinci. Ketika meluapnya Sungai batang Merao, danau masih stabil artinya kenaikan air danau tak begitu signifikan,” akunya.
Namun seiring waktu air terus mendesak ke Danau Kerinci, dan akhirnya menampung banyak sekali air. “Karena keluarnya air danau Kerinci tidak besar akhirnya permukaan Danau Kerinci naik, dampaknya aliran air ke Batang Merangin semakin besar, jadi imbasnya dirasakan saat ini seperti Pulau Sangkar terendam, imbas naiknya permukaan danau Kerinci hingga desa sekitar ikut terendam,” ucapnya.
Artinya terbendung secara alami, karena air keluar sangat sedikit dan tak dibuka jalur air secara cepat.
“Bahkan setelah ini dampaknya desa di hilir Batang Merangin akan terdampak banjir, setelah Pulau Sangkar banjir, kemungkinan diikuti Tamiai yang akan terhantam banyaknya air di Danau Kerinci. Dan tak menutup kemungkinan daerah yang selanjutnya mendapatkan banjir ini adalah Kabupaten Merangin,” akunya.
Terpisah, Sekretaris Daerah Provinsi Jambi yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi Ex-Officio Sudirman mengatakan, pada pekan ini bertambah Batanghari sebagai daerah yang telah menaikkan status Tanggap Darurat bencana Hidrometeorologis ini. Setelah sebelumnya ada Kabupaten Kerinci, Bungo, Tebo dan Kota Sungai Penuh sebagai daerah yang sudah mengalami bencana alam air ini.
“5 Kabupaten/Kota itu sudah menetapkan status tanggap darurat banjir, artinya semua pihak harus waspadai ini. Dan Pemprov juga sudah, yang tinggal ditandatangani Gubernur untuk status tanggap darurat,” ungkap Sudirman.