Batara Narada dengan penuh pengertian menyetujui permintaan dan bersedia menunggu jawaban dari Empu Rama dan Empu Pamadi. Dia meninggalkan pesan bahwa para Dewa berharap agar keduanya dapat menerima penawaran dengan hati yang terbuka.
Batara Narada kembali ke Kahyangan dengan penuh harapan bahwa Empu Rama dan Empu Pamadi akan bersedia menerima penawaran damai
Sayangnya, Empu Rama dan Empu Pamadi tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya dan tidak takut berhadapan dengan utusan para Dewa.
Kesaktian yang dimiliki oleh kedua empu berupa kekuatan dalam memandai besi panas menggunakan kedua tangan menjadi bekal untuk bertarung dengan Batara Narada memperebutkan tempat tinggalnya.
Seluruh rombongan yang ikut Batara Narada menyerang mereka dengan kekuatan penuh. Pertarungan tersebut menjadi sangat sengit, dengan percikan cahaya dan ledakan-ledakan yang mengguncang bumi.
Meskipun mereka dikeroyok oleh para utusan Dewa yang tak kenal lelah, kekuatan dan keahlian Empu Rama dan Empu Pamadi terbukti tidak bisa diatasi. Mereka berhasil memenangkan pertarungan tersebut.
Mendengar laporan tentang pertarungan yang berakhir dengan kekalahan, Batara Guru merasa murka. Dia merasa perlu segera menindaklanjuti rencananya untuk memindahkan Gunung Jamurdipa ke tengah Pulau Jawa.
Dewa Bayu segera turun tangan setelah mendengar kejadian yang mencoreng nama Kahyangan. Dewa Bayu meniup angin yang kuat dan memindahkan Gunung Jamurdipa dari tempatnya semula di Laut Selatan melayang-layang di angkasa seperti bulu dan jatuh dengan kokohnya tepat di tempat perapian Empu Rama dan Empu Pamadi.
Sayangnya, kedua empu yang berada di tempat itu pun tak dapat menghindari tindihan oleh Gunung Jamurdipa yang begitu berat. Menurut cerita rakyat yang beredar, roh Empu Rama dan Empu Pamadi kemudian menjadi penunggu Gunung Merapi. Tempat perapian kedua empu tersebut membuat keris sakti berubah menjadi kawah yang mendalam.
Nama Gunung Merapi diambil dari tempatnya yang semula berupa tempat perapian sebagai penghormatan kepada Empu Rama dan Empu Pamadi yang berani menghadapi takdir mereka dengan gagah berani demi menjaga keseimbangan alam. (*)