JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Kondisi kemarau panjang yang juga berdampak pada kebakaran hutan dan lahan di Jambi, sangat mempengaruhi kualitas udara.
Kualitas udara tentunya juga berimbas di Kota Jambi, yang notabene tidak memiliki hutan, namun, terimbas dari kebakaran hutan di kabupaten tetangga.
Wakil WaliKota Jambi Maulana mengaku, meskipun Kota Jambi tidak ada kebakaran hutan, pihaknya selalu mengantisipasi dampak dari kebakaran hutan itu, yakni, melakukan pengukuran secara periodik Index Standar Pencemaran udara (ISPU) di Kota Jambi.
“Kita ada alat yang canggih untuk mengukur kualitas udara. Bisa update setiap hari,” katanya.
Dari data itu, kondisi udara Kota Jambi beberapa hari lalu, masih dalam kategori aman, di angka 56 mikro gram per meter kubik.
“Masih warna biru, jika sudah kuning atau merah maka akan diumumkan dan diambil tindakan,” ujarnya.
Diungkapkannya, jika kondisi udara semakin memburuk, mereka akan memprioritaskan penanganan pada kelompok resiko tinggi seperti balita, anak dan ibu hamil.
“Termasuk sekolah yang bisa diliburkan,” katanya.
Maulana berharap, kebakaran hutan tidak terjadi dengan kondisi kemarau ini, sehingga tidak berdampak negatif pada semua.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi, Ardi mengatakan kualitas udara di Kota Jambi masih dalam kategori baik. Nilai tertinggi tercatat pada alat AQMS sejak tanggal 16-17 Agustus 2023 berada pada angka 66 mikro gram per meter kubik.
“Angka itu sejatinya menggambarkan tingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan,” kata Ardi.
Lebih lanjut dijelaskannya, secara rata-rata sepanjang 16-17 Agustus 2023 angka kualitas udara hanya 29 mikro gram per meter kubik.
“Ini artinya secara keseluruhan udara kita dalam kategori baik,” katanya.
Kata Dia, alat pengukur kualitas udara yang berlokasi di depan Kantor Wali Kota ini berdasarkan dari alat AQMS Kementerian LHK RI.
“Data kita, berdasarkan data dari Alat AQMS Kementerian LHK RI,” ungkapnya. (hfz)