Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari sejarah perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan antara seperti koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga, dan lain-lain. Lawang Sewu menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi. Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop, dsb.
Itulah setidaknya 4 museum yand dikelola oleh KAI. Menarik, bukan? Mengunjungi museum-museum ini adalah cara yang ideal untuk mengenal lebih dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Vice President Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, museum KAI memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan nostalgia dan memahami pentingnya perkeretaapian dalam sejarah dan perkembangan Indonesia. Melalui koleksi yang unik dan pengetahuan yang disajikan, museum ini menjadi tempat yang ideal untuk mengenang masa lalu, mengapresiasi teknologinya, dan mempelajari dampak yang telah dibawa oleh kereta api bagi negara kita.
"Jika masyarakat memiliki ketertarikan terhadap kereta api dan ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia, kunjungilah beberapa museum ini. Pengunjung juga akan merasakan bagaimana kereta api telah memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah dan mobilitas di Indonesia," tutup Joni. (*)