JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun tak sadar diri sejak Kamis (6/7/2023). Bagaimana kondisinya sekarang?
"Assalamualaikum wr. wb. Teman-teman yang kami hormati, alhamdulillah proses recovery Mbah Nun berjalan terus dengan baik. Kondisi beliau stabil, demikian pula kesadaran beliau baik dan stabil. Mohon terus kita alirkan doa untuk beliau. Semoga perkembangan beliau semakin terus membaik. Terima kasih," begitu kabar terbaru Cak Nun dikutip dari situs www.caknun.com pukul 13:00 Jumat (7/7)
Sebelum jatuh sakit, Cak Nun disebut keluarga masih beraktivitas seperti biasa. Orang dekat Cak Nun, Mantan Sekretarisnya, Noor Janis Langga Barana mengatakan, semua keluarga tidak menduga Cak Nun akan mengalami kejadian ini.
Mengingat beberapa hari sebelumnya, pada Minggu malam masih manggung di Kampung Mataraman hingga jam 12 malam.
Kata Noor, Cak Nun dibawa ke rumah sakit karena mengalami pendarahan di otak.
Kesehatan Cak Nur katanya telah menjadi perhatian khusus pihak keluarga. Apalagi Cak Nun sudah pernah mengalamai stroke ringan namun telah sembuh.
Situs www.caknun.com juga terus memberikan perkembangan terbaru kondisi Cak Nun. “Assalamualaikum wr. wb. Beribu-ribu terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman semua di mana pun berada yang sejak hari kemarin telah meluangkan waktu menghaturkan doa untuk Mbah Nun.
Wa bil khusus, rasa terima kasih yang mendalam kami haturkan kepada para sesepuh dan sahabat-sahabat beliau yang juga terus mengalirkan doa untuk beliau. Sekali lagi kami haturkan terima kasih. Jazakumullah khoirol jaza,” tulis situs itu pada Jumat sekitar pukul 09:00 WIB.
Mengutip dari Wikipedia, Emha Ainun Nadjib lahir pada 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
Ragam dan cakupan tema pemikiran, ilmu, dan kegiatan Cak Nun sangat luas, seperti dalam bidang sastra, teater, tafsir, tasawwuf, musik, filsafat, pendidikan, kesehatan, Islam, dan lain-lain.
Selain penulis, ia juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, cendekiawan, ilmuwan, sastrawan, aktivis-pekerja sosial, pemikir, dan kyai. Banyak orang mengatakan Cak Nun adalah manusia multi-dimensi.
Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan nasihatnya, yang kemudian celetukannya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "Ora dadi presiden ora pathèken” (arti dalam bahasa Indonesia adalah "tidak jadi presiden tidak apa-apa").
Setelah Reformasi 1998, Cak Nun bersama Gamelan KiaiKanjeng memfokuskan berkegiatan bersama masyarakat di pelosok Indonesia. Aktivitasnya berjalan terus dengan menginisiasi Masyarakat Maiyah, yang berkembang di seluruh negeri hingga mancanegara. (dpc)