SENGETI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Suhu politik jelang perhelatan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 mendatang mulai hangat menjadi perbincangan di kalangan masyarakat.
Seperti halnya dalam peraturan 8 kursi DPR RI Dapil Jambi. Pasalnya, kontestasi politik lima tahunan kali ini akan diramaikan oleh sejumlah tokoh ternama di Provinsi Jambi.
Pengamat Politik Jambi Dr. Dori Efendi, menyebutkan, jika di ambil sampel dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Kandidat caleg dapat dikategorikan memiliki kekuatan yang merata.
"Mereka adalah tokoh-tokoh politik yang dikenal oleh masyarakat," katanya.
Akan tetapi, lanjut Dori, kesemua Caleg tersebut bukan merupakan ketua partai. Hal ini akan berbeda dengan wilayah Kabupaten lainnya. Misalnya, Caleg DPR-RI Tanjabtim yakni H Bakri yang merupakan Ketua DPW PAN ProvinsiJambi.
"Ada juga Syarif Fasha dsri Kota Jambi yang merupakan Ketua NasDem Provinsi Jambi. Sementara Sarolangun ada Ketua DPD Golkar Jambi, Cek Endra," katanya.
Selain itu, ada juga Edi Purwanto Ketua PDIP Provinsi Jambi, kemudian ada Sutan Adil Hendra (Gerindra). Tentu jika dibandingkan dua hal di atas, ketua partai yang bertanding memiliki kelebihan karena mereka memiliki legitimasi kebijakan di internal partai untuk mendukung pencalonan mereka.
"Tetapi ini bukanlah persoalan utama karena dalam pemilihan yang akan menentukan siapa yang berhak menduduki kursi senayan adalah para pemilih," ungkapnya.
Contoh yang terjadi di Kabupaten Bungo dan Tebo. Daerah ini berhasil mengantar putra-putri terbaiknya duduk di senayan sebanyak empat orang. Yaitu: Zulfikar Ahmad (DPR-RI), Elfiana (DPD-RI), Saniatul Latifah (DPR-RI), Ria Mayang Sari (DPD-RI).
"Ini merupakan kursi terbanyak di Provinsi Jambi. Jika demikian halnya para caleg harus memahami betul kenapa Bungo-Tebo bisa seperti ini," jelasnya.
Setidaknya, kata Dosen Fisipol Unja ini, para Caleg harus memahami karakter pemilih mereka. Apa lagi, bagi Caleg yang popularitasnya belum membumi di tengah masyarakat.
"Saya analogikan makna "membumi" Seorang kyai sudah tentu memiliki pengikut. Setiap ucapan dan tindakan seorang kyai menjadi contoh bagi pengikutnya. Akan tetapi belum tentu bisa mempengaruhi umat," bebernya
Artinya, untuk dapat mempengaruhi mayoritas haruslah lahir Imam Besar, Kyai Besar, atau Kyai Langitan yang setiap ucapannya di dengar oleh kelompok mayoritas. Hal ini bisa terjadi, tidak lepas dari kiprahnya ditengah masyarakat yang dinilai membawa dampak yang positif.
"Para tokoh politik di Jambi untuk saat ini masih sebagai tokoh politik yang difahami oleh masyarakat hanya memiliki modal kapital. Sedangkan modal sosial belum begitu kuat " kata Direktur Gentala Analisis dan Riset ini.
Menurutnya, mereka harus lebih banyak lagi berbuat untuk masyarakat. Baik itu berbentuk kebijakan, kesejahteraan dan lainnya.