JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID– Pasca insiden yang terjadi, Integrated Terminal Jakarta di Plumpang, mengalami banyak sorotan dari berbagai pihak, terutama terkait fungsi lahan di sekitar area Integrated Terminal, yang kini dihuni oleh ribuan warga.
Integrated Terminal Jakarta yang menyuplai 20% kebutuhan BBM harian di Indonesia ini, memiliki sejarah panjang sejak mulai beroperasi di tahun 1974 silam.
Hampir 50 tahun berdiri, Integrated Terminal Jakarta merupakan Obyek Vital Nasional (Obvitnas) dan sarana penyaluran energi ke masyarakat dan industri, khususnya di wilayah Jawa Bagian Barat.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Afian Nasution mengatakan, tahun 1971 merupakan awal mula pembelian lahan Integrated Terminal Jakarta, dengan pembelian perolehan lahan dari PT Mastraco tertanggal 8 April 1971, dengan luas lahan 153,4 hektar persegi.
Seiring berjalannya waktu, kondisi saat ini (eksisting) lahan yang dikuasai oleh Pertamina yakni seluas 71,9 hektar persegi. Sementara lahan seluas 81,6 hektar persegi dikuaai oleh PTH.
“Berdasarkan hasil inventaris oleh PT Surveyor Indonesia tahun 2017, untuk lahan seluas 81,6 hektar persegi tersebut dihuni oleh 34 ribu lebih warga atau 9.234 Kepala Keluarga”, ungkap Alfian.
Sebagai informasi, saat ini Integrated Terminal Jakarta, Plumpang memiliki total 25 unit tangki timbun sebagai storage BBM, dengan kapasitas total 323.312 KL. Pasokan BBM saat ini disalurkan dari Kilang Cilacap dan Balongan.
Integrated Terminal Jakarta di Plumpang, menyalurkan produk dengan varian yang lengkap, diantaranya Pertamax Turbo, Pertamax, Pertalite, Pertamina Dex, Solar serta Fame. Kebutuhan penyaluran produk-produk Pertamina tersebut didukung dengan pengoperasian 253 unit mobil tangki untuk penyaluran ke SPBU, dan 183 unit mobil tangki untuk industri.
Sementara dalam kegiatan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di hari ini, Kamis 16 Maret 2023, PT Pertamina (Persero) menyampaikan peran penting Terminal BBM (TBBM) Plumpang dalam menjamin pasokan BBM nasional.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyampaikan pasca insiden di Terminal BBM Plumpang, Pertamina berupaya menjamin pasokan BBM di wilayah Jabodetabek, agar tidak mengalami gangguan. Suplai BBM yang sebelumnya melalui pipa diganti dengan pengiriman melalui laut dan menambah pengiriman melalui mobil tangki.
“Semua opsi-opsi dan alternatif dalam emergency situation ini kita jalankan. Dan alhamdulillah tidak terjadi kelangkaan pasokan setelah kejadian tersebut,” ungkap Nicke.
Upaya menjamin pasokan BBM aman pasca insiden sangat penting, karena saat ini TBBM Plumpang menyokong 15% suplai BBM nasional.
Nicke menjelaskan bahwa TBBM Plumpang merupakan salah satu fasilitas penting yang terintegrasi dengan fasilitas Pertamina lainnya di Integrated Terminal Jakarta. TBBM Plumpang berperan dalam storage BBM retail yang menyuplai untuk 790 SPBU di 19 Kota/Kabupaten yang mencakup provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
TBBM Plumpang juga memiliki supply chain yang lengkap, dimana pasokan BBM dikirimkan dari Kilang Pertamina Balongan melalui pipa sepanjang lebih dari 200 km dan dari kapal laut. TBBM Plumpang juga menjadi fasilitas penunjang untuk LPG, Pelumas, dan sebagai pusat riset.
Terkait rencana pembangunan fasilitas di lokasi baru, Nicke menjelaskan bahwa lokasi tersebut bukan untuk menggantikan atau memindahkan TBBM Plumpang, “Membangun terminal di lokasi baru sudah dicanangkan sejak 3 tahun lalu yang tujuannya untuk mendukung program transisi energi Pertamina, dimana membutuhkan fasilitas tambahan untuk produk-produk baru,” ungkapnya.